Istanbul, Gatra.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Selasa bahwa dia akan bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di sela-sela KTT NATO di Madrid, untuk membicarakan invasi Rusia ke Ukraina.
Para analis percaya bahwa dalam pertemuan itu Turki bisa memainkan peran penting dalam mengangkat perlawanannya terhadap keinginan Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan aliansi pertahanan Barat, dalam menanggapi perang.
Kedua pemimpin memiliki hubungan yang dingin sejak pemilihan Biden karena kekhawatiran AS tentang hak asasi manusia di bawah kepemimpinan Erdogan.
“Kami berbicara dengan Tuan Biden pagi ini dan dia menyatakan keinginannya untuk berkumpul malam ini atau besok. Kami mengatakan itu mungkin," kata Erdogan, dikutip AFP, Selasa (28/6).
Dia berbicara kepada wartawan sebelum terbang ke Madrid dalam pembicaraan yang akan dimulai dengan pertemuannya bersama para pemimpin kedua negara Nordik, dan sekretaris jenderal NATO.
Erdogan mengatakan dia ingin melihat hasil pembicaraan persiapan yang diadakan pada hari Senin di Brussels, sebelum memutuskan apakah Swedia dan Finlandia telah melakukan cukup banyak untuk mencabut keberatannya atas keanggotaan aliansi militer mereka.
Turki adalah anggota NATO dan dapat memveto aplikasi kedua negara di KTT nantinya.
“Kami adalah anggota NATO yang berusia 70 tahun. Turki bukanlah negara yang secara acak bergabung dengan NATO,” kata Erdogan.
“Kami akan melihat titik apa yang mereka (Finlandia dan Swedia) capai,” tambahnya.
“Kami tidak ingin kata-kata kosong. Kami menginginkan hasil,” tambahnya.
Ankara menuduh Finlandia dan lebih khusus lagi Swedia menyediakan tempat yang aman bagi gerilyawan Kurdi yang dilarang dan dicegah selama ini --pemberontakannya selama beberapa dekade terhadap negara Turki-- telah mengakibatkan hilangnya puluhan ribu nyawa.
Pemimpin Turki itu juga meminta Swedia dan Finlandia untuk mencabut embargo senjata yang dikenakan pada Turki, pada 2019 atas serangan militer Ankara di Suriah.