Jepara, Gatra.com - Festival Penjor atau merangkai janur kuning melengkung, digelar di Desa Bangsri, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Ahad (26/6). Kegiatan ini disebut sebagai simbol kekuatan dan kerukunan antar umat beragama warga setempat.
Meski baru pertama digelar, Festival Penjor ini disambut antusias ribuan warga. Mereka tak mempedulikan hujan deras yang mengguyur hampir sepanjang acara.
Kepala Desa Bangsri, Sunaryo mengatakan, sejak ratusan tahun lalu, budaya Jawa menempatkan penjor sebagai simbol kekayaan alam semesta. Karena itulah penjor dihadirkan sebagai ungkapan syukur warganya atas segala nikmat yang diberikan Tuhan. Sedangkan sepasang kembang mayang pelengkap penjor, ditempatkan sebagai simbol kerukunan seluruh warga.
“Festival ini muncul sebagai usulan saat rapat persiapan sedekah bumi yang melibatkan seluruh elemen desa,” ujarnya di Lapangan Desa Bangsri.
Lanjutnya, rupanya usulan ini disambut antusias. Dari 18 RW yang ada di desa itu, 16 di antaranya mengirim penjor yang ditancapkan berjajar rapi di sisi barat lapangan.
Festival Penjor, disebutnya, dijadikan sebagai pembeda sedekah bumi di Desa Bangsri, agar memiliki ciri khas. Penjor terdiri dari bambu panjang melengkung dengan janur kuning dibentuk sedemikian rupa dengan ujung mengantung.
“Festival Penjor ke depan akan jadi milik Desa Bangsri, sekaligus menggugah kesadaran generasi muda pada budaya kita. Apalagi kami mempersiapkan diri menjadi rintisan desa wisata,” terangnya.
Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara, Amin Ayahudi menyebut, kesepakatan warga dan pemerintah desa yang menempatkan penjor sebagai kekayaan budaya desa sebagai hal yang sangat positif dalam pelestarian budaya warisan leluhur.
Ia membenarkan, Desa Bangsri ditempatkan sebagai rintisan desa wisata di Jepara. Amin Ayahudi juga menyebut, antusiasme yang terlihat dalam penyajian awal kegiatan budaya ini menjadi modal besar Bangsri sebagai Desa Wisata Budaya.
Ketua RW 6 Bangsri Sutikno menyambut baik festival ini. Festival penjor perlu didukung. Setidaknya membuat masyarakat kembali menyadari akan pelestarian budaya. "Kembali memiliki semangat mempertahankan tradisi yang kini mulai ditinggalkan," terangnya.
Selain sebagai penanda sebuah pernikahan sedang digelar dan penunjuk jalan menuju lokasi pernikahan, penjor memiliki makna yang lain. Penjor ini digunakan untuk menyambut tamu yang datang. Penjor juga dipresentasikan sebagai kehidupan, kesejahteraan dan keselamatan.