Bogor, Gatra.com - Tidak banyak yang mengetahui ternyata, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD pernah menjadi wartawan, tepatnya pers kampus saat berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta. Mentor yang membimbingnya menjadi aktivis pers kampus adalah Sayyid Syarief Hamid Shebubakar atau lebih dikenal dengan panggilan Syarief.
Mahfud bercerita, ketika itu, pada 1980-an, ia tertarik menjadi wartawan majalah Muhibbah, majalah kampus UII. Untuk bisa menjadi wartawan, Mahfud harus mengikuti seleksi ketat, salah satunya pernah membuat tulisan yang dimuat di media umum atau media kampus. Mahfud pun memberanikan diri mengirim tulisannya berjudul “Menyongsong UU Pemilu” ke redaksi Muhibbah dan tulisan itu dimuat.
Tulisan Mahfud diperiksa oleh Syarief yang saat itu menjadi wartawan di Muhibbah sekaligus orang yang mewawancarainya saat uji seleksi. “[Awal] Kenal beliau [Syarief], di majalah Muhibbah,” kata Mahfud saat memberikan testimoni di acara haul wafatnya Syarief yang berlangsung di Keboen Cikeas, Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (25/6).
Seiring waktu persahabatan Mahfud dan Syarief makin erat. Ketika Syarief menjadi pemimpin umum Muhibbah, Mahfud diangkat menjadi redaktur. Bahkan ketika masa jabatan Syarief sebagai pemimpin umum berakhir, Mahfud yang menggantikan posisi tersebut. “Beliau bimbing saya sampai saya jadi pimpinan majalah kampus untuk gantikan beliau,” Mahfud menjelaskan.
Testimoni juga disampaikan pengacara senior, Ari Yusuf Amir yag juga keponakan dari Syarief. Kata Ari, pamannya selalu ada setidaknya pada empat fase hidupnya. Pertama saat dirinya baru saja menamatkan SMP dan duduk di kelas 1 SMA. Saat itu Ari merupakan anak desa dari Sumatera Selatan tanpa mimpi yang menetap di Jakarta. Di ibukota, Ari sering berinteraksi dengan sang paman, dari situlah pikirannya tentang masa depan, lebih terbuka.
Fase kedua adalah ketika dirinya lulus SMA dan dianjurkan oleh pamannya untuk kuliah di Fakultas Hukum UII. Di lembaga pendidikan ini dirinya menjadi lebih luas wawasannya. Selanjutnya pada fase ketiga setelah menyelesaikan studi S1-nya, “Saya mendapat pesan dari beliau agar menjadi pengacara arsitek bukan pengacara tukang. Yang dimaksud pengacara aristek adalah pengacara yang memiliki konsep,” kata Ari.
Terakhir, lanjut Ari, ia juga diajarkan pamannya untuk menerapkan konsep Human Investment. Dimana manusia hidup harus berguna bagi manusia lain. Konsep hidup inilah yang kemudian ditularkan Ari kepada teman temannya.
Acara haul ini dihadiri sejumlah rekan-rekan almarhum dari berbagai profesi, seperti hakim agung, hakim pengadilan tinggi, kepala daerah, jenderal polisi dan jenderal TNI. Tamu undangan juga menerima buku berjudul ‘Catatan Kenangan untuk Syarief’. Buku ini berisi tulisan-tulisan rekan -rekan, keluarga dan anak-anak almarhum tentang sosok Syarief yang yang selalu memberikan motivasi dan semangat bagi siapapun yang mengenalnya.