Karanganyar, Gatra.com-Kalangan relawan pecinta Gunung Lawu berharap pembuatan jalur aman menuju puncak gunung tersebut tanpa campuran semen. Cor semen dianggap mengurangi nuansa alaminya.
Hal itu dikemukakan Ketua Komunitas Anak Gunung Lawu (AGL), Rusdianto kepada wartawan saat ditanya pendapatnya perihal pembuatan proyek yang dinamai Tangga Lawu itu, Jumat (24/6). Bupati Karanganyar Juliyatmono menggulirkan lagi rencana itu setelah tertunda dua tahun akibat pandemi Covid-19.
"Kalau dibuat Tangga Lawu, jangan dicor semen. Mengurangi nuansa alami dan pengalaman mendaki di alam," kata Rusdiyanto.
Rusdianto mengatakan, pihaknya bersama komunitas relawan lainnya diundang bupati beberapa hari lalu guna membahasnya. Ia mempersilakan pemerintah menyeriusi rencana itu. Namun begitu, ia merasa perlu memberi masukan. Yakni perlunya stakeholder melihat secara langsung medan yang akan dibuat Tangga Lawu. Ia menyarankan pembuatan Tangga Lawu jangan asal bikin. Di jalur tersebut rawan longsor. Pemilihan material juga harus tepat. Bahkan di sejumlah lokasi tidak memungkinkan dipasang material trap-trapan tangga. AGL juga menyarankan pembuatan Tangga Lawu tanpa campuran semen.
“Wacana dari pak bupati penginnya Tangga Lawu dilanjut. Kita belum bisa memberi banyak informasi. Nantinya butuh membentuk tim survei yang terdiri dari pihak bupati dan relawan lainnya. Kalau dari AGL sudah hafal betul medannya. Khawatirnya, lainnya belum tahu sehingga bisa salah persepsi,” katanya, Jumat (24/6).
AGL menyarankan pembuatan Tangga Lawu dengan memperbaiki jalur pendakian Cemoro Kandang. Saat ini, sejumlah titik di jalur tersebut longsor dan rusak. Penting diketahui, terdapat tiga pintu masuk pendakian Gunung Lawu di Karanganyar yaitu Pos Cemoro Kandang di Tawangmangu, Candi Cetho di Jenawi dan Tambak di Desa Berjo Ngargoyoso.
“Jalur di Cemoro Kandang rusak parah. Ini yang perlu dibetulkan dulu. Rusak karena tergerus aliran air dn longsor,” katanya.
Ia menilai lebih baik memperbaiki jalur yang ada daripada membuat Tangga Lawu dengan membuka jalur anyar.
Sebagaimana diberitakan, urgensi pembuatan Tangga Lawu menurut Bupati Karanganyar Juliyatmono, menjadi penanda rute bagi survivor agar tidak tersesat. Menurut Rusdianto, pendaki tersesat lebih banyak disebabkan perilaku yang tidak patuh.
“Ada yang cari jalan pintas. Nge-cross di luar jalur. Lalu tersesat sendiri dari rombongan. Ikuti saja jalurnya. Tandanya jelas kok. Kerusakan jalur itu tidak menyesatkan tapi memang mempersulit medan,” katanya.
Lebih lanjut dikatakan, stakeholder pembuatan Tangga Lawu perlu mengetahui medan supaya bisa memutuskan pemilihan bahan. Ia menyebut di bawah pos 3 pendakian via Cemoro Kandang tidak memungkinkan dibuat trap-trapan dari bebatuan. Sebab, di kawasan itu sulit mencari bahan tersebut. Dimungkinkan pula Tangga Lawu bakal terputus di beberapa titik bermedan sulit.
Bupati Karanganyar Juliyatmono menyatakan izin turun dari Perhutani terkait pembuatan Tangga Lawu. Kini, dibutuhkan peran seera stakeholder dalam bentuk CSR guna mempercepat pembuatannya. Menurutnya, Tangga Lawu akan memudahkan perjalanan pendakian menuju puncak gunung serta magnet baru obyek wisata.