Beijing, Gatra.com - Sebuah penelitian kecil di Cina yang dirangkum dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases menunjukkan antibodi penawar terhadap beberapa sub-varian omicron, sebagian besar tidak terdeteksi setelah dua dosis vaksin Sinopharm COVID-19 disuntikkan. Suntikan booster juga hanya memulihkan sebagian.
Reuters, Selasa (21/6), melaporkan studi ini dilakukan ketika China, --yang hanya menyetujui suntikan COVID yang dikembangkan secara lokal termasuk vaksin Sinopharm, berusaha untuk meningkatkan tingkat vaksinasi, mempertahankan kebijakan “nol COVID” yang bertujuan untuk memberantas semua wabah sementara banyak negara telah mengadopsi pendekatan pembelajaran untuk ‘bisa hidup bersama virus’.
Vaksin, BBIBP-CorV, adalah salah satu dari dua suntikan Sinopharm COVID yang disetujui untuk digunakan di China, dan juga merupakan suntikan utama yang diekspor perusahaan milik negara itu.
“Di antara 25 individu yang menerima dua dosis vaksin BBIBP-CorV, aktivitas penetralan terhadap sub-varian seperti BA.2.12.1 dan BA.4/BA.5 tidak atau hanya sedikit terdeteksi,” kata para peneliti dalam korespondensi yang diterbitkan pada Senin.
Peneliti menyebut aktivitas penetralisir terhadap sub-varian tersebut diamati hanya pada 24-48 persen subjek yang menerima suntikan booster BBIBP-CorV, setelah diberikan dua dosis, sebagaimana dikutip hasil dari kelompok yang terdiri dari 25 peserta ujicoba.
Data dari kelompok lain yang terdiri dari 30 penerima suntikan, angka tersebut sedikit meningkat, menjadi 30-53 persen, bagi mereka yang menerima suntikan ketiga yang dibuat unit Produk Biologis Chongqing Zhifei, vaksin lain yang disetujui untuk digunakan di China.
Studi ini tidak membahas kemanjuran booster, tingkat yang mencerminkan seberapa baik mereka dapat menurunkan risiko penyakit atau kematian COVID, yang biasanya diamati dalam uji klinis besar.