Home Gaya Hidup Perang Obor, Tradisi yang Menyita Perhatian Turis di Jepara

Perang Obor, Tradisi yang Menyita Perhatian Turis di Jepara

Jepara, Gatra.com - Perang Obor, sebuah tradisi yang digelar warga Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, selalu menyita perhatian turis lokal dan mancanegara.

Ribuan orang tampak berbondong-bondong menuju perempatan desa, pada Senin (20/6) malam, untuk menyaksikan secara langsung budaya unik masyarakat Tegalsambi.

Bagi sebagian masyarakat, tradisi ini dinilai cukup berbahaya.

Mengingat, para peserta harus saling serang dengan menggunakan obor besar yang terbuat dari pelepah pisang. Bahkan, tidak sedikit warga yang menyaksikan ikut terkena percikan api dari obor tersebut.

"Ingin melihat dari dekat Perang Obor Tegalsambi. Sudah dua tahun tidak dilaksanakan karena pandemi," ujar Putri salah satu warga.

Meski cukup berbahaya, tradisi ini sangat menarik bagi warga. Kali ini Perang Obor yang digelar secara terbuka, disaksikan langsung para warga dan wisatawan.

Kepala Desa (Kades) Tegalsambi, Agus Santoso mengatakan, perang obor merupakan tradisi turun-temurun yang dilaksanakan setiap Senin Pahing malam Selasa Pon di bulan Besar atau Dzulhijjah, bertepatan dengan Sedekah Bumi desa.
"Ini merupakan bentuk rasa syukur kami. Api obor ini kami percaya mampu mendatangkan kesehatan dan menolak bala," ungkapnya.

Agus menututurkan, perang obor bermula dari legenda Ki Gemblong yang dipercaya Kiai Babadan untuk merawat dan menggembalakan ternaknya.

Namun karena terlena dengan ikan dan udang di sungai, ternak tersebut terlupakan, sehingga sakit atau mati.

Kiai Babadan yang tidak terima dengan kelalaian Ki Gemblong pun tak kuasa disulut amarah dan secara spontan memukul Ki Gemblong dengan obor dari pelapah kelapa yang dibawanya kala itu.

Ki Gemblong yang juga memegang obor serupa, menangkis serangan Kiai Babadan untuk membela diri.

Tanpa diduga, benturan kedua obor menyebarkan api di tumpukan jerami di sebelah kandang. Anehnya, ternak yang awalnya sakit tiba-tiba menjadi sembuh. Akibat api bediang tersebut.

Berdasarkan tradisi lisan yang berkembang di masyarakat, sejak saat itu anak cucu Kiai Babadan dan Ki Gemblong melakukan upacara Perang Obor untuk mengenang dua tokoh tersebut.

"Upacara ini sekaligus mengusir segala roh jahat yang memberikan pengaruh buruk yang mengganggu penduduk desa," imbuh Agus.

3007