Sleman, Gatra.com – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terpilih sebagai tuan rumah penyelenggaraan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional ke XII. Gelaran terakhir dilaksanakan di Pontianak pada 2018, hadirnya Pesparawi disebut wujud implementasi moderasi beragama.
Berlangsung dari 19-26 Juni, acara pembukaan Pesparawi XIII dipusatkan di Candi Prambanan, Sleman Senin (20/6) malam dengan dihadiri Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa'adi dan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X. Tahun ini tema yang dipilih ‘Harmony in Diversity’.
“Pesparawi bertujuan mengembangkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama oleh umat Kristen melalui nyanyian kidung pujian kepada Tuhan. Umat Kristen meyakini bernyanyi memuliakan Tuhan adalah bagian ibadah. Ini wujud rasa cinta dan keimanan,” kata Zainut.
Di era globalisasi, modernisasi, dan pesatnya teknologi komunikasi informasi yang menurut Zainut menghadirkan tantangan yang semakin tidak ringan. Terselenggaranya Pesparawi yang dihadiri 8.144 orang menjadi jawaban atas pergeseran tata nilai dan perilaku beragama seseorang.
Lewat Pesparawi, perkembangan seni dan budaya mampu memberi arah bagi terwujudnya identitas nasional yang sesuai nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang religius, beragama dan berbudaya.
Kehadiran peserta dari 34 provinsi merefleksikan suasana maraknya kehidupan beragama yang memberi makna, pengalaman dan pembinaan keagamaan. Bersatunya peserta yang berbeda bahasa, suku dan budaya semakin memperkaya wawasan kebangsaan Indonesia.
“Diselenggarakan bergantian, Pesparawi memberikan sumbangsih nasionalisme dan kerukunan antar umat beragama. Sehingga tepatlah, Pesparawi disebut wujud implementasi moderasi beragama karena menghilangkan sekat dan dinding pemisah. Diganti tali persaudaraan,” papar Zainut.
Moderasi beragama merupakan langkah besar dalam menumbuhkan toleransi dan terwujudnya trilogy kerukunan umat yang terdiri dari kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
Sebagai candi terbesar umat Hindu sejak abad kesembilan, Zainut memaparkan pemilihan Prambanan justru upaya membangun jembatan penghubung antar umat beragama yang dilandasi sikap saling hormat dan memuliakan.
Selama satu minggu peserta akan berkompetisi dalam 12 cabang lomba yaitu lomba Paduan Suara Campuran, Paduan Suara Pria, Paduan Suara Wanita, Paduan Suara Rema Pemuda, Paduan Suara Anak, Musik Gereja Nusantara, Musik Pop Gereja, Solo Remaja Putri, Solo Remaja Putra, dan Solo Anak.
Perlombaan akan digelar di empat lokasi yakni Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma dan Institut Seni Indonesia.
Di sambutannya, Gubernur DIY menyatakan paduan tak sekedar kemerduan suara, diperlukan keselarasan dan kesadaran agar saling mengisi demi performa terbaik. Kehadiran para peserta Pesparawi dinilai akan memancarkan energi positif, dalam bingkai sportifitas dan saling mengapresiasi.
“Secara filsafati, paduan suara selaras dengan ajaran moral khas Yogyakarta yakni sawiji greget, sengguh, ora mingkuh yang lahir dari buah pikir Sri Sultan Hamengku Buwono I,” katanya.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY Masmin Afif berharap ajang Pesparawi menjadi penggerak bangkitnya pariwisata dan perekonomian Yogyakarta usai meredanya pandemi Covid-19.