Jakarta, Gatra.com - Perjalanan Laskar Rempah dari 34 provinsi dalam rangka Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) akhirnya tiba di titik kelima Banda Neira, Maluku Tengah. Kedatangan para Laskar Rempah bersama KRI Dewaruci disambut langsung oleh Raja Banda Ely Basar Alimudin Latar.
MBJR merupakan program yang digagas Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjen Kebudayaan) Kemendikbudristek untuk membangun kesadaran masyarakat tentang kekayaan rempah di Indonesia. Sumber Daya Alam ini sudah ada sejak masa prakolonial dan persebaran rempah nusantara sejak dulu menghubungkan peradaban baik di nusantara bahkan dunia.
Kemendikbudristek sedang menyusun nominasi Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Usulan ini akan disampaikan ke pada 2024.
Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan bahwa MBJR diikuti oleh pemuda terpilih dari 34 provinsi. Di setiap titik singgah, rombongan ini melakukan interaksi dengan masyarakat.
Menurutnya, rempah yang ada di Indonesia tidak sekadar keunikan flora, tetapi juga penghubung terciptanya peradaban kebudayaan di Indonesia. Pertemuan antarbudaya di Indonesia disebabkan proses distribusi rempah dari satu daerah ke daerah lainnya.
“Sehingga bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya dan besar. Bukan hanya oleh pedagang bangsa sendiri, namun juga dari bangsa lain. Rempah menjadi medium pertukaran budaya yang sepantasnya terus kita biasakan dan lestarikan,” kata Hilmar dalam keterangan tertulisnya yang diterima pada Senin (20/6).
Ia menegaskan, kekayaan rempah nusantara bukan sekadar komoditas, namun berpengaruh besar dalam membangun peradaban nusantara. Para Laskar Rempah diharapkan meneruskan pesan ini ke seluruh pemuda di Indonesia. Kesadaran mencintai dan merawat keberagaman diharapkan tumbuh dari program MBJR yang diikuti 147 Laskar Rempah dan ribuan masyarakat di titik persinggahan.
Dalam momentum MBJR ini, Kemendikbudristek mengundang dan memfasilitasi kunjungan Basaudara Wandan dipimpin Rajanya Bashar Alimuddin Latar yang telah tiba di Banda Naira pada 16 Juni 2022. Basudara Wandan adalah anak cucu keturunan Banda yang sekarang menetap di Kepulauan Kei. Banda Ely dan Banda Elat ketika itu terusir dan selamat dari pembantaian VOC tahun 1621, karena menolak usaha monopoli perdagangan pala dan dan fuli (rempah-rempah) di Kepulauan Banda.
“Ini adalah kunjungan bersejarah, untuk pertama kalinya warga Banda Ely menginjak tanah Banda setelah 400 tahun harus meninggalkan Banda karena menolak untuk dijajah,” jelasnya
Sementara itu, Raja Banda Ely Bashar Alimudin Latar mengatakan bahwa MBJR merupakan momentum tepat yang mempertemukan generasi asli Banda dengan tanah leluhur serta masyarakat Banda Kepulauan saat ini. Raja Banda Ely menyampaikan, kehadiran Laskar Rempah adalah untuk membangun silaturahmi.
“Hanya satu pesan yang kami sampaikan, jagalah negeri Banda untuk kepentingan Indonesia,” tegasnya.
Diketahui, MBJR dilepas keberangkatannya dari Surabaya pada 1 Juni lalu bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dan Wakil Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya Ahmadi Heri Purwono. Laskar Rempah telah melintasi rute Surabaya, Makassar, Bau-Bau-Buton, Ternate-Tidore, dan Banda yang akan dilanjutkan dengan rute Kupang, lalu kembali lagi ke Surabaya.