Jakarta, Gatra.com – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr Adib Khumaidi, SpOT, mengatakan, IDI mendapat kepercayaan dari kalangan kedokteran internasional pada tahun 2022. Di antaranya menjadi anggota komite penyusun Kode Etik Kedokteran Internasional.
Adib dalam keterangan pers pada Minggu (20/6), menyampaikan, IDI bersama puluhan asosiasi dokter medis resmi dari negara lainnya akan terlibat dalam penyusunan Kode Etik Kedokteran Internasional.
Selain itu, lanjut Adib, IDI juga menjadi panitia penyelenggara untuk konferensi tahunan World Medical Association yang akan digelar di Jakarta bulan Juli mendatang. Kemudian, akan melakukan pertemuan koordinasi dengan sejumlah guru besar kedokteran medis terkemuka dari negara lainya di dunia.
Ia juga mengungkapkan, berbagai dinamika soal kedokteran pun terjadi. Terkait itu, PB IDI membahasnya dalam Rapat Kerja (Raker) Pengurus di Jakarta baru-baru ini.
Adib menyampaikan, pihaknya terus berupaya membawa IDI agar menjadi organisasi atau institusi yang lebih baik dari sebelumnya (from a strong institution to a stronger institution}.
“IDI berkomitmen untuk selalu memperbaiki diri untuk menjadi organisasi modern dan profesional,” ujarnya.
Menurutnya, IDI akan selalu melihat ruang untuk perbaikan dan mengisinya dengan berbagai program strategis dan komprehensif yang dirumuskan oleh para pengurus dan didukung oleh IDI Wilayah dan IDI Cabang serta Organisasi Profesi.
“Program-program IDI dibuat untuk membawa dokter dan masyarakat menjadi makin sehat dan sejahtera. Oleh karena itu, kami membutuhkan dukungan dan kerja sama semua pihak untuk mewujudkan hal tersebut,” ujarnya.
Pengurus IDI dari Departemen Dokter Luar Negeri, dr. Iqbal Mochtar, SpOk, MPH, PhD, mengatakan, raker tersebut menjadi akulturasi sinergis lintas generasi. Irisan generasi menyatu dan lebur dalam kebersamaan. Semuanya kolaboratif dan inklusif.
Menurutnya, itu menandakan bahwa IDI mempertegas eksistensinya sebagai wadah pemersatu dokter di Indonesia. Akulturasi generasi pengurus IDI reborn kali ini tidak menyisakan sedikit pun gap. Generasi awal dan muda IDI duduk bersama dan mendiskusikan serta memformulasi program untuk periode 3 tahun ke depan.
Raker ini juga menggarisbawahi sejumlah tantangan yang akan dihadapi oleh dunia kedokteran, di antaranya peningkatan profesi dan kesejahteraan dokter, pemerataan distribusi dokter, simetritas peran dengan stakeholder, internasionaliasi dan universalisme, penegakan etika profesi, dan sebagainya.
Selain itu, teknologi dunia kedokteran masa depan juga perlu diperhatikan, seperti pengembangan artificial inteligence, precision medicine, potensi biological weapon dan lain sebagainya. Pembuatan teknologi tersebut harus tetap menggali dan mempertahankan nilai-nilai luhur kedokteran yang telah dibangun para pendahulu IDI.
Sekjen PB IDI, dr. Ulul Albab, SpOG, mengatakan bahwa semua tantangan dunia kedokteran ini bukan hanya dihadapi oleh IDI namun juga seluruh dokter Indonesia. Bagi IDI, semua tantangan ini akan menggelayut bukan hanya pada periode selama 3 tahun ke depan, tetapi juga hingga dekade mendatang.
“Meski demikian, kami yakin dengan modal utama kesolidan, maka IDI akan mampu mewujudkan hal tersebut,” ujar Ulul.