Pekanbaru, Gatra.com - Empat bulan lagi, tiga Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau ini dipastikan sudah mengantongi sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Total luas kebun tiga KUD itu 2.436 hektar; Karya Mukti 874 hektar, Dayo Mukti 706 hektar dan KUD Tani Sejahtera 856 hektar. Semua pohon kelapa sawit KUD binaan PT. Perkebunan Nusantara V (PTPN) ini sudah berumur sembilan tahun dengan rerata produktifitas 27 ton per hektar.
"Kalau sudah mengantongi RSPO dan ISPO, berarti petani sudah akan mendapatkan harga premium dan ini tentu akan mendongkrak pendapatan mereka," kata Chief Executive Officer (CEO) PTPN V, Jatmiko Santosa kepada Gatra.com di Pekanbaru, tadi siang.
Lelaki 51 tahun ini memastikan bahwa program sertifikasi RSPO dan ISPO ini bakal berlanjut sampai total 56 ribu hektar luas kebun kelapa sawit KUD mitra yang tersebar di lima kabupaten di Riau itu mengantongi dua sertifikat tadi.
"Kita akan mendorong semua mitra binaan PTPN V menerapkan budidaya berkelanjutan dan lestari berstandar RSPO dan ISPO," Jatmiko semangat.
Lebih jauh Jatmiko cerita, sejak tahun lalu perusahaan mendampingi para petani memenuhi sederet kriteria yang dibutuhkan sebagai syarat petani memperoleh sertifikat itu.
Mulai dari pelatihan manajemen kepengurusan koperasi, identifikasi bahaya dan resiko di tempat kerja, penanggulangan huru-hara, pencegahan kebakaran lahan, hingga perumusan perhitungan gas rumah kaca, sudah dilewati.
"Prinsipnya kita akan terus membantu para petani siap sebelum sertifikasi itu didapatkan dan dipertanggungjawabkan sepenuhnya," katanya.
Sebenarnya, untuk membikin petani mitra 'naik kelas', anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara III Persero ini tidak hanya sebatas mendampingi petani mendapatkan sertifikat tadi, tapi justru membina mereka mulai dari peremajaan tanaman kebun.
PTPN V sengaja melakukan itu agar pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat. Tentu, melalui peningkatan produktivitas tanaman sawit petani.
Untuk ini PTPN V tak main-main. Perusahaan bahkan berani menjamin produktivitas petani mitra yang melaksanakan program peremajaan sawit rakyat (PSR) di atas rerata produktivitas nasional, tentu dengan menerapkan pola manajemen tunggal.
Walau manajemen tunggal, dalam pengelolaan kebun, khususnya pada proses peremajaan --- mulai dari penebangan sawit renta, pembersihan lahan, penanaman bibit sawit unggul tersertifikasi, pemeliharaan hingga panen --- PTPN V tetap melibatkan petani.
Singkat cerita, sejak proses awal peremajaan, petani sudah dilibatkan. Tujuannya biar petani menjadi lebih mandiri secara pendapatan dan mendapat tambahan skill (transfer knowledge).
Dan selama peremajaan sawit berlangsung, PTPN V menjamin pendapatan para petani melalui program padat karya serta mendukung petani mendirikan UMKM yang disandingkan dengan program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL). Wow...
Abdul Aziz