Mataram, Gatra.com - Kemarau basah yang ditimbulkan oleh perubahan cuaca ditengarai menjadi pemicu meroketnya harga cabai di pasaran Nusa Tenggara Barat (NTB). Kemarau basah adalah di mana musim sudah memasuki kemarau tapi masih terjadi hujan, hasilnya berakibat pada pertumbuhan cabai menjadi lamban dan kuantitas produksi menurun.
Tidak itu saja banyak cabai terserang hama, sehingga hasil produksinya pun kurang maksimal. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Tahul Gani di Mataram, Sabtu (11/6) mengungkapkan, melonjaknya harga cabai di NTB juga disebabkan karena para petani ingin meraup keuntungan yang lebih besar.
Caranya, dengan menjual cabainya ke luar daerah dengan harga yang jauh lebih mahal antara Rp100 ribu hingga Rp150 ribu. Sementara di tingkat lokal harga cabai per kilo nga berkisar Rp40-50 ribu saja perkilonya.
“Meski harga cabai masih tinggi, namun tak akan berlangsung lama. Pada Juli nanti petani cabai di Pulau Jawa akan segera panen serentak. Dan pada saat itu, harga cabai kembali normal antara Rp35-40 ribu per kilonya,” kata Fathul.
Plt Kadis Pertanian Kota Mataram, Tri Utami menambahkan, sekalipun harga cabai masih tinggi, namun pasokan komiditi jenis ini tetap aman dan selalu tersedia yang terkirim dari Kabupaten lainnya se-NTB.
Kabid Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Endang Sri Wahyuni menyatakan tiga pasar pantauan seperti Kebon Roek, Pagesangan dan Mandalika per hari ini harga cabai itu masuk ke harga antara Rp50 ribu hingga Rp84 ribu per kilogram.
Ia menilai, kenaikan harga itu disebabkan karena banyak petani yang mengalami gagal panen akibat cuaca buruk. Petani di sentra-sentra produksi banyak mengalami gagal panen pengaruh cuaca.
“Penyebab lainnya, karena pendistribusian oleh pengepul ke luar daerah belum diketahui pasti oleh pihak Disperindag NTB. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Karantina,” ujarnya.