Muara Enim, Gatra.com- Dalam rangka meningkatkan nilai tambah pada lahan pasca tambang, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan membangun Botanical Garden (taman koleksi) seluas 17 hektar. Diharapkan Botanical Garden ini dapat mendukung perekonomian masyarakat dari sektor pariwisata.
Pembangunan Botanical Garden ini ditandai dengan acara penanaman pohon yang dilakukan oleh jajaran Komisaris MIND ID, Komisaris PTBA, dan seluruh Direksi PTBA. Penanaman pohon ini sekaligus dilakukan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2022.
"Botanical Garden nantinya akan menjadi salah satu destinasi wisata dari lahan bekas tambang yang memberikan nilai tambah. Ini sejalan dengan Noble Purpose MIND ID dan bukti konkret dari kami bahwa PTBA bukan sekadar menambang," kata Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (11/6)
Di dalam Botanical Garden ini terdapat tanaman nusantara yang berasal dari seluruh Indonesia. Terdiri dari beberapa bioregion mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Jawa dan Bali, Maluku, Sunda Kecil.
"Kami melihat Botanical Garden ini mendukung tujuan kami menjadikan Tanjung Enim sebagai kota wisata. Kami tidak mau Tanjung Enim menjadi kota mati setelah tambang habis," papar Arsal.
Agar dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata, Botanical Garden akan dilengkapi dengan berbagai infrastruktur penunjuang seperti gerbang dan ticketing, kantor pengelola, tempat parkir, signage, bangunan edukasi, food court, tempat berkemah, cottage, musala, toilet umum dan lainnya yang saat ini sedang dalam proses tender.
Pada kesempatan yang sama, Komisaris Utama MIND ID, Doni Monardo menyampaikan apresiasi kepada PTBA yang dinilai telah menerapkan Good Mining Practice untuk meminimalkan kerusakan lingkungan.
"PTBA termasuk salah satu perusahaan tambang yang peduli pada aspek linkungan. Bahkan tahun lalu mendapatkan status proper emas. Mudah-mudahan bisa terus ditingkatkan," kata Doni.
Ia berpesan agar PTBA tak hanya sekadar melakukan reklamasi, tapi juga mengembangkan tanaman-tanaman yang bernilai ekonomis di lahan-lahan bekas tambang.
"Ini harus diperluas untuk jenis-jenis pohon yang punya fungsi ekologis namun bernilai ekonomis. Contohnya minyak kayu putih. Indonesia masih impor bahan baku minyak kayu putih ratusan miliar rupiah tiap tahunnya," Doni mengungkapkan.
Sebagai wujud kepeduliannya pada lingkungan, Doni menyerahkan ratusan bibit tanaman untuk dikembangkan di lahan bekas tambang PTBA. Di antaranya adalah Palaka dan Torem dari Maluku, Pule, dan lain-lain.
Ada juga pohon beringin yang bijinya berasal dari Istana Kepresidenan. "Bijinya saya minta di Istana. Jadi ini beringin yang berasal dari Istana," tutur Doni.
Lebih lanjut, Doni meminta jajaran direksi PTBA untuk mempertahankan kinerja yang sudah dicapai. Doni pun mendorong agar hilirisasi industri pertambangan terus dilanjutkan untuk meningkatkan penciptaan nilai tambah di dalam negeri.