Jakarta, Gatra.com– Dalam merealisasikan ekonomi sirkular di Indonesia Waste4Change kembangkan DIVERT lewat pendanaan dari Unilever Global melalui program TRANSFORM. Program ini telah banyak membantu terealisasinya puluhan proyek yang mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
DIVERT telah berhasil terpilih menjadi salah satu proyek dari 13 negara yang mendapatkan dukungan pendanaan dari Unilever global, yaitu sebesar lebih dari Rp3 miliar.
"Pemanfaatan teknologi digital yang dilakukan proyek DIVERT menjadi solusi tepat untuk monitoring, evaluasi dan verifikasi sehingga mendapat hasil yang terukur,” kata Direktur Pengurangan Sampah, Dirjen PSLB3, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
Sinta Saptarina Soemiarno dalam webinar bertajuk “Bicara Sirkular Ekonomi: Pentingnya Data dan Traceability Sampah Plastik”, Kamis (10/6).
Sinta menyebut bahwa dengan kecenderungan peningkatan sampah plastik dari 11 % di 2010 menjadi 17% di 2021, Pemerintah melalui Permenlhk 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, para produsen diamanatkan untuk menyampaikan upaya pengurangan sampah, mulai dari hulu, yakni upaya pembatasan timbulan sampah hingga hilir menarik kembali kemasan paska pakai untuk dimanfaatkan kembali atau di daur ulang.
"Dengan demikian, semakin sedikit kemasan yang terbuang ke TPA sesuai dengan tujuan pembangunan Ekonomi Sirkular di Indonesi," tegas Sinta. Penerapan ekonomi sirkular dipercaya banyak pihak sebagai salah satu upaya yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan sampah plastik di Indonesia
Head of Collect Waste4Change dan Project Manager DIVERT, Rizky Ambardi menjelaskan bahwa proyek DIVERT bertujuan untuk menjawab permasalahan rantai pasokan limbah pasca konsumsi. "Sejak dimulai pada September 2021 lalu, proyek ini telah berhasil mengurangi kesenjangan upaya daur ulang sampah plastik dengan memvalidasi dan melacak seluruh alur sampah menuju terciptanya ekonomi sirkular yang lebih efektif dan efisien,” ungkapnya.
Rangkaian program yang telah terlaksana tidak lepas dari peran serta mitra pemulung dan pengepul sampah daur ulang. Hingga saat ini, proyek DIVERT telah melibatkan 556 mitra pengumpul sampah, melakukan scale-up sistem ERP untuk 51 mitra, dan berhasil mengumpulkan 778 ton sampah plastik dalam jangka waktu 6 bulan.
“Salah satu program yang dilaksanakan dalam proyek ini adalah membuat sistem Enterprise Resource Planning (ERP) untuk memastikan ketertelusuran sampah, capacity building bagi mitra-mitra pengumpul sampah, hingga pengoptimalan fasilitas pengumpulan dan pengolahan sampah. Dengan adanya ERP, maka pengumpulan, ketertelusuran, serta kuantitas dan kualitas sampah plastik menjadi lebih meningkat,” terang Rizky.
Astri Puji Lestari selaku pegiat gaya hidup ramah lingkungan mengatakan bahwa di tengah tantangan mewujudkan ekonomi sirkular, konsumen punya peran yang tak kalah penting. Menjadi konsumen yang lebih bertanggung jawab banyak sekali caranya, salah satunya bisa dilakukan dari rumah, dengan menjadi bagian dari #GenerasiPilahPlastik.
"Saat kita terbiasa memilah sampah dari rumah dan membawanya ke Bank Sampah, artinya kita ikut menjaga nilai dan kualitas sampah plastik agar dapat menjadi komoditi berguna yang mendukung industri daur ulang,” jelas Astri.
Unilever percaya bahwa plastik memiliki tepatnya tersendiri dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan. Untuk itu, Perusahaan memiliki komitmen yang kuat bahwa paling lambat pada tahun 2025.
Unilever akan mengurangi setengah dari penggunaan virgin plastic atau plastik baru, dengan cara mengurangi penggunaan kemasan plastik sebanyak lebih dari 100.000 ton dan mempercepat penggunaan plastik daur ulang. Memastikan 100% kemasan plastiknya dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau diubah menjadi kompos.
Juga mengumpulkan dan memproses lebih banyak plastik daripada yang dijual. Lalu meningkatkan penggunaan konten plastik daur ulang (PCR) di kemasannya, setidaknya 25%.
Upaya yang dilaksanakan mulai dari hulu ke hilir rantai bisnis ini telah memungkinkan Unilever Indonesia untuk membantu mengumpulkan dan memroses lebih dari 45.900 ton sampah plastik di 2021 melalui pengumpulan sampah plastik dari jaringan bank sampah sebanyak lebih dari 24.500 ton serta pemrosesan sampah melalui teknologi Refused Derived Fuel (RDF) sebanyak lebih dari 21.400 ton.
“Kami berharap melalui diskusi hari ini, dan juga melalui program DIVERT yang telah dijalankan, akan mampu menginspirasi lahirnya inovasi lainnya yang dapat membantu kita menciptakan planet yang lebih hijau dan lestari," kata Head of Sustainable Environment, Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi.
Selain itu, sebagai bagian dari ekosistem mata rantai persampahan di Indonesia, mari kita bersama-sama memainkan peran kita untuk bisa menciptakan ekonomi sirkular, demi bumi kita yang hanya satu ini,” tutup Maya.