Sukoharjo, Gatra.com- Pasca penangkapan pimpinan kelompok Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Baraja pada Selasa (7/6) lalu, jajaran kepolisian mendatangi sejumlah kantor Khilafatul Muslimin, yang ada di Kota Solo, Kabupaten Sukoharjo, dan Klaten, Kamis (9/6).
Selain melepas plakat, polisi juga memanggil pengurus Khilafatul Muslimin dari ketiga wilayah tersebut untuk dimintai keterangan. Seperti yang diketahui, Khilafatul Muslimin merupakan organisasi keagamaan di Indonesia dengan menganut ideologi khilafah.
Menurut pengamat terorisme Amir Mahmud, pimpinan Khilafatul Muslimin merupakan pecahan dari kelompok Negara Islam Indonesia (NII). "Abdul Qadir Baraja dulu pernah ikut pergerakan tahun 1970-an bersama Abdullah Sungkar," katanya, Jumat (10/6/2022).
Abdul Qadir Baraja kemudian dipenjara pada tahun 1979 karena teror Warman. Bahkan pada tahun 1985, dia kembali dipenjara karena terlibat pengeboman di Jawa Timur dan Candi Borobudur. "Boleh dikata dia ditinggal oleh teman-temannya, karena dia dipenjara. Lalu Abdullah Sungkar hijrah ke Malaysia," ujarnya.
Keluar dari penjara, Abdul Qadir Baraja kemudian aktif lagi dengan membentuk jamaah khilafatul Muslimin. Menurutnya, Khilafatul Muslimin ini tidak ada hubungannya dengan ISIS dan ataupun organisasi terorisme lainnya. Organisasi ini bergerak sendiri, untuk menegakkan dan membangun sistem Khilafah yang akan menjadi pertentangan dengan ideologi Pancasila.
"Karena telah lama berdiri, mereka merasa aman sehingga mereka mulai melakukan gerakan terbuka. Untuk menyebarkan ideologi khilafah," terangnya.
Kegiatan yang dilakukan organisasi ini seperti konvoi dengan menggunakan motor, dan menggelar pengajian. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan kepada masyarakat jika organisasinya aman. Selain itu menjadi langkah untuk recruitment agar orang-orang terpanggil, seperti anggota NII di masa lalu untuk membangkitkan semangat jihadnya. "Organisasi ini membahayakan keutuhan NKRI, sehingga disikapi dengan tegas," ucapnya.
Kelompok ini tetap ingin eksis seperti ormas lainnya, sehingga mereka berani muncul terang-terang ke publik, meskipun gerakannya sudah cukup lama. Namun aksi itu, justru mendapatkan perhatian dari aparat, dan menghendus ancaman yang akan mengganggu keutuhan NKRI.