Cilacap, Gatra.com– Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun di Indonesia bagian barat pada 2022 ini akan cenderung basah, termasuk Jawa Tengah.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan kondisi ini dipengaruhi fenomena beberapa kali terjadi gelombang atmosfer yang melewati Pulau Jawa, sehingga menyebabkan kondisi atmosfer labil.
Beberapa gelombang tersebut di antaranya, Rosby, Kelvin dan Media Julian Oscillation atau MJO. Kondisi ini berpengaruh terhadap awan konvektif yang akhirnya memunculkan potensi hujan.
“Seperti gelombang Rosby, Kelvin, atau dengan adanya MJO, atau Madden Julian Oscillation,” katanya.
Kondisi basah ini bertambah dengan anomali suhu permukaan air laut yang hingga kini masih hangat. Diprediksi suhu hangat ini akan terjadi hingga Oktober 2022 sehingga kemarau tahun ini cenderung basah.
Fenomena La Nina diprediksi juga masih berpengaruh hingga September-Oktober-November sehingga memengaruhi curah hujan di kawasan Indonesia bagian barat.
“Kemudian untuk anomali suhu permukaan air laut, ini masih cenderung hangat. Jadi hingga Oktober 2022,” ucap dia.
Rendy Krisnawan menambahkan, meski cenderung basah, namun masyarakat di wilayah rawan kekeringan diimbau untuk tetap hemat air dan menando air bersih untuk persiapan kemarau panjang. Pasalnya, kemarau basah tahun ini diprediksi tidak akan lebih basah dibanding 2021 sehingga tetap ada potensi kekeringan.
“Kemarau tahun 2022 akan cenderung basah atau curah hujan masih di atas normalnya. Tetapi, tidak lebih basah dibanding tahun 2021,” tandasnya.