Jakarta, Gatra.com – Poltracking Indonesia menyebut mayoritas publik Tanah Air adalah pemilih yang rasional. Hal ini diketahui lewat survei nasional yang digelar pada 16-22 Mei 2022.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR, mengatakan bahwa sebanyak 30,7% responden tergolong pemilih rasional. Adapun 25,2% merupakan pemilih sosiologis, dan 20,7% pemilih psikologis.
"Pemilih rasional melihat kinerja dan pengalaman kandidat. Selain itu, juga kompetensi, visi-misi, serta program kandidat," kata Hanta dalam keterangannya, Kamis (9/6).
Dia menambahkan, pemilih sosiologis mempertimbangkan agama yang dianut, asal daerah, dan etnis kandidat. Sementara, pemilih psikologis melihat karakter personal, gender, dan penampilan fisik kandidat.
Survei juga menemukan bahwa alasan publik dalam memilih calon presiden dan wakil presiden adalah karena figur capres-cawapres secara personal (51,4%), diikuti dengan karena figur tokoh partai/pimpinan partai (14,7%), dan karena partai politik pengusung (8,3%).
Menurut publik, karakter kepemimpinan yang penting dimiliki oleh capres-cawapres adalah peduli dan perhatian pada rakyat (16,8%), diikuti karakter jujur, amanah, dan bersih dari korupsi (16,0%), serta berpengalaman (12,7%).
"Pada latar belakang pasangan capres-cawapres, publik menyukai kombinasi latar belakang kepala daerah-pengusaha (11,3%), kepada daerah-kepala daerah (10,3%), dan kepala daerah-menteri (10,2%)," imbuhnya.
Sisanya, 9% publik menyukai kombinasi kepala daerah-politisi/anggota DPR, 5,2% menteri-kepala daerah, 4,1% politisi-agamawan, 3,1% menteri-politisi, serta 2,5% politisi-pengusaha.
Survei ini melibatkan 1.220 responden di 34 provinsi yang dibentuk secara multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan lewat wawancara tatap muka langsung. Adapun margin of error sebesar ± 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.