Sragen, Gatra.com - Kasus sapi terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Sragen, Jateng mengganas. Hingga Jumat malam (3/6) tercatat 201 positif dengan angka kematian 25 ekor.
Jumlah ini meningkat secara signifikan selama sepekan terakhir yang menunjukkan penularan masif dan cepat.
Upaya pencegahan melalui penyemprotan disinfektan dan karantina seakan kalah cepat dengan laju penularan. Terlebih, kandang karantina tak cukup menampung sapi-sapi sakit. Dibandingkan rekapitulasi di hari sebelumnya sebanyak 150-an sapi terpapar, penambahan pada hari ini terhitung banyak. Apalagi, jumlah sapi sakit yang mati di kandang juga bertambah.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Disnakkan Sragen, Toto Sukarno mengatakan pihaknya sampai membentuk posko PMK di kantor dinas. Tujuannya menampung seluruh laporan ihwal sapi sakit sekaligus mengerahkan mantri ternak untuk melakukan pertolongan pertama. Petugas di Posko ini juga merekapitulasi jumlah kasus harian.
"Dari 25 ekor yang mati karena PMK, 20 diantaranya sempat disembelih. Sedangkan lima lainnya mati di kandang," katanya.
Berdasarkan sebaran kasusnya, wabah PMK di Sragen sudah menjangkiti 17 kecamatan. Kasus terparah dialami Sidoharjo dengan 30 kasus positif, Sumberlawang 26 kasus, Sambungmacan dan Sukodono 20 kasus.
Selanjutnya, Karangmalang tercatat ada 17 kasus disusul Tanon dan Plupuh dengan 16 kasus, Gemolong dan Kedawung masing-masing 15 kasus. Kecamatan Kalijambe 8 kasus dan Miri 9 kasus.
Meluasnya wabah PMK dalam beberapa hari, membuat Pemkab menutup 6 pasar hewan sejak Selasa (31/5).
Kepala Disnakkan Sragen, Rina Wijaya mengatakan enam pasar hewan itu ada di Nglangon Sragen Kota, Sumberlawang, Sukodono, Mondokan dan Sambirejo.
Penutupan dilakukan sampai 2 pekan ke depan atau tanggal 14 Juni 2022. Semua ternak yang positif sudah ditangani dan dikarantina agar tidak makin menularkan ke sapi lain yang masih sehat.