Karanganyar, Gatra.com - Jadwal petik cabai yang tertunda memicu kenaikan harga komoditas ini. Selain itu, dipicu pula dengan perubahan cuaca yang tak menentu.
Kepala Seksi (Kasi) Distribusi dan Cadangan Pangan Dispertan PP Karanganyar, Budi Sutrisno mengatakan kondisi 'anomali cuaca' ini terjadi pascalebaran.
"Ramadan dan lebaran kemarin harga cabai memang naik. Tapi enggak seberapa. Kenaikannya karena gejolak pasar mendekati lebaran. Itu masih wajar. Nah, sekarang harganya naik karena benar-benar karena cuaca yang tidak bersahabat bagi petani," katanya kepada wartawan di Karanganyar, Jumat (3/6).
Momentum petik cabai sering tertunda karena turun hujan atau suhu lingkungan turun. Jika terlalu lembab menyebabkan cabai layu dan membusuk. Sentra penghasil cabai di Jawa Timur mengalami kondisi tersebut.
Sehingga pasokan ke pasar induk di wilayah Soloraya menurun. Hal itulah yang mengakibatkan harga naik. Namun demikian, sentra penghasil komoditas itu di Karanganyar tak mampu menyuplai permintaan pasar.
"Enggak banyak petani Karanganyar mau menanam cabai. Risikonya terlalu besar," katanya.
Sementara itu, harga cabai rawit merah dua kali lipat lebih mahal dibanding sepekan lalu. Per kilogram mencapai Rp75 ribu. Selain cabai rawit merah, kenaikan harga dialami telur ayam, yakni Rp26 ribu perkilogram.
Dikatakan Budi, harga pakan tentu akam mempengaruhi kenaikan harga tersebut. "Tingginya harga telur dipicu oleh kenaikan harga pakan ayam yang sudah mulai sebelum bulan puasa. Harga telur di kandang yang biasanya berkisar di Rp19 ribu-Rp21 ribu sekarang sudah berkisar di Rp 25 ribu akibat menyesuaikan kenaikan harga pakan," katanya.