Yogyakarta, Gatra.com - Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyoroti studi banding 20 anggota DPRD DIY ke Italia selama sepekan, medio Mei lalu.
Peneliti Pukat UGM Yuris Rezha Kurniawan mempertanyakan adakah perubahan kebijakan atas agenda studi banding anggota DPRD DIY itu.
"Mestinya anggota dewan memberikan hasilnya kepada publik secara komperhensif. Tidak hanya sekadar foto dan narasi singkat bahwa mereka sudah sampai ke suatu tempat dan menemui pejabat publik tertentu," ujar Yuris, Jumat (3/6).
Menurutnya, masyarakat sebetulnya ingin tahu, perubahan kebijakan apa yang dihasilkan pasca-proses kunjungan kerja atau inovasi pelayanan publik apa yang dikembangkan.
"Masalahnya, selama ini kebanyakan anggota dewan di level pemerintahan manapun sangat jarang menerapkan hal tersebut. Maka, sangat wajar jika publik pada akhirnya kehilangan kepercayaan terhadap program kunjungan kerja anggota dewan," katanya.
Yuris menyatkan, poblem pada kunjungan kerja anggota dewan biasanya karena mereka kurang menekankan prinsip akuntabilitas.
"Memang, kunjungan kerja merupakan salah satu program yang menjadi ranah anggota dewan. Namun, sebagaimana program yang dijalankan oleh pejabat publik dan menggunakan uang negara selayaknya mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pelaporannya dilakukan dengan akuntabel," ujarnya.
Jika kemudian kunjungan kerja itu menuai banyak kritik atau dipertanyakan oleh masyarakat, menurut Yuris, hampir dipastikan ada problem akuntabilitas dalam perencanaan dan pelaporan kegiatan tersebut.
"Dalam hal perencanaan, anggota dewan seharusnya bisa memastikan urgensi dari setiap proses kunjungan kerja. Sampaikan itu kepada publik sehingga masyarakat bisa menerima kebutuhan-kebutuhan dari proses kunjungan kerja. Dengan begini, publik bisa lebih aware untuk memantau prosesnya," tuturnya.
Sebelumnya Sekretaris DPRD DIY Suharwanto menjelaskan 20 anggota DPRD DIY mengunjungi setidaknya tiga kota di Italia, yakni Roma, Napoli, dan Florence, sepanjang 16 - 22 Mei 2022.
"Agendanya ada yang ke Napoli karena di Napoli ada universitas yang memberikan mata kuliah atau jurusan Bahasa Indonesia. Ada juga yang (terkait) UMKM di Florence pengembangan UMKM kulit sekaligus pariwisata," kata Suharwanto.