Moskow, Gatra.com - Pasukan Rusia pada Kamis semakin dekat untuk merebut kota utama Ukraina, setelah berhari-hari menjalani pertempuran sengit, memperketat tekanan mereka di wilayah Donbas timur di saat Washington memperingatkan perang dapat berlangsung berbulan-bulan.
Pusat industri Severodonetsk telah menjadi target utama Moskow, dan gubernur setempat mengatakan bahwa 80% kota itu sekarang berada di bawah kendali Rusia.
"Pertempuran jalanan berlanjut," kata gubernur regional Lugansk Sergiy Gaiday di Telegram. Ia berjanji pasukan Ukraina akan berjuang untuk Severodonetsk sampai titik akhir.
Sebelumnya, Ukraina berhasil menghentikan Rusia dari merebut Kyiv pasca invasi Februari, namun Rusia terus menyerang di timur meski mengeluarkan biaya besar. Presiden Volodymyr Zelensky dilaporkan mengatakan bahwa lebih 100 tentara Ukraina sekarat setiap harinya.
"Situasi yang paling sulit adalah di wilayah Lugansk, di mana musuh berusaha untuk menggusur unit kami dari posisi mereka," kata panglima angkatan bersenjata Ukraina, Valeriy Zaluzhnyi dalam sebuah pernyataan dari militer, dikutip AFP, Kamis (2/6).
"Musuh memiliki keunggulan yang menentukan dalam artileri," kata Zaluzhnyi kepada jenderal tinggi Prancis, Thierry Burkhard, melalui panggilan telepon. Ia menambahkan dia ingin unitnya dilengkapi dengan senjata dari jenis yang digunakan oleh aliansi militer NATO.
"Ini akan menyelamatkan nyawa orang-orang kita," ujarnya.
Pasukan Ukraina mendapat semangat minggu ini ketika Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa sistem roket sedang dalam perjalanan menuju Ukraina.
Senjata baru tersebut adalah sistem roket peluncuran berganda Himars, atau MLRS, sebuah unit bergerak yang secara bersamaan dapat meluncurkan beberapa rudal berpemandu presisi hingga jarak 80 kilometer.
Dalam paket militer ini dihargai US$ 700 juta, mencakup radar pengawasan udara, lebih banyak roket anti-tank jarak pendek Javelin, amunisi artileri, helikopter, kendaraan, dan suku cadang.
Meski para analis memperingatkan bahwa roket baru tidak mungkin tiba-tiba membalikkan keadaan - paling tidak karena pasukan Ukraina perlu waktu untuk belajar bagaimana menggunakannya secara efektif.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menuduh Washington menambah bahan bakar ke api melalui amunisi senjata baru, meskipun pejabat AS bersikeras membantah, karena Ukraina telah berjanji untuk tidak menggunakannya menyerang ke Rusia.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan tidak ada tanda-tanda Rusia akan menarik kembali pasukannya.
"Yang terbaik yang bisa kami nilai saat ini, kami masih melihat konflik berlangsung selama berbulan-bulan," katanya.
Di tempat lain, gubernur regional Maksym Kozytsky melaporkan sebuah rudal menghantam infrastruktur transportasi di dekat kota barat Lviv yang relatif stabil, melukai lima orang.
Di sebelah barat Severodonetsk, di kota Sloviansk, wartawan AFP melihat gedung-gedung dihancurkan oleh serangan roket yang menewaskan tiga orang dan enam lainnya terluka.
Pada hari Rabu, setidaknya satu orang tewas dan dua lainnya terluka di Soledar, antara Sloviansk dan Severodonetsk, AFP sempat menyaksikannya.
Uni Eropa juga telah mengirim senjata dan uang tunai ke Ukraina sekaligus menjatuhkan sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Moskow.
Jerman mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka akan mengirimkan sistem pertahanan udara yang mampu melindungi kota besar dari serangan udara Rusia, meskipun akan memakan waktu berbulan-bulan untuk sampai ke garis perbatasan.
Para pemimpin Uni Eropa minggu ini sepakat untuk melarang sebagian besar impor minyak Rusia, mengecilkan prospek menutup gas Rusia di mana banyak negara anggota sangat bergantung.
Sanksi itu dapat menyengsarakan– sebuah panel investor mengatakan pada hari Rabu bahwa Rusia telah gagal membayar US$1,9 juta bunga yang masih harus dibayar pada obligasi negara.
Adapun raksasa energi Rusia, Gazprom mengatakan bahwa ekspor gasnya ke negara-negara di luar bekas Uni Soviet telah turun lebih dari seperempat sejak Januari dan Mei dan kehilangan beberapa klien Eropa.