Home Ekonomi Sinoeng Harapkan Kebangkitan Perajin Tahu Tempe Lahir dari Salatiga

Sinoeng Harapkan Kebangkitan Perajin Tahu Tempe Lahir dari Salatiga

Salatiga, Gatra.com - Pj. Wali Kota Salatiga Sinoeng N. Rachmadi menghadiri Welcome Dinner peserta Rakornas Primer Koperasi Produksi Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) se-Indonesia yang berlangsung di Kompleks DPRD Jalan Sukowati 52, Salatiga, Rabu (1/6) malam.

Sinoeng didampingi jajaran Forkopimda, beserta Kepala Perangkat Daerah terkait. Rakornas dihadiri oleh Ketua Umum GAKOPTINDO beserta pengurus dari seluruh Indonesia, Ketua Puskopti dari 19 provinsi, Ketua Primkopti Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah dan rombongan dari NTB.

Selain menyampaikan selamat datang kepada seluruh peserta yang hadir, dengan digelarnya Rakornas Primkopti se-Indonesia di Kota Salatiga ini Sinoeng berharap sejarah usulan GAKOPTINDO untuk membangkitkan kembali petani dan pengrajin tempe tahu di Indonesia berasal dari Kota Salatiga.

“Selamat datang di Kota Salatiga, Kota Tertoleran di Indonesia. Dan sejak 10 hari saya bertugas sebagai Penjabat Wali Kota, mudah-mudahan juga bisa menjadikan Kota Salatiga sebagai The Romantic City. Kota yang penuh dengan romantika dan selalu ada cerita indah yang nantinya akan menelurkan kesepakatan yang akan diejawentahkan dalam tindakan-tindakan,” ujar Sinoeng.

Baca Juga:

Ganjar Minta Salatiga Genjot UMKM

Bersamaan dengan hari lahirnya Pancasila, Sinoeng mengajak semua untuk sepakat bahwa Pancasila kekinian adalah Pancasila dalam tindakan. “Pancasila dalam tindakan inilah yang akan menelurkan teladan dari diri kita sendiri untuk menjadi inspirasi,” sebutnya.

Sinoeng menutup sambutan dengan berpantun. "Di padang pasir tak ada tanaman tumbuh, tapi kaktus bisa. Tak ada bunga yang mampu mewakili rasa cinta, tapi mawar bisa. Tak ada Gabungan Asosiasi yang mampu menyuarakan petani dan pengrajin, tapi GAKOPTINDO bisa," tutupnya.

Pj. Wali Kota Salatiga Sinoeng N. Rachmadi saat memberikan sambutan dalam Gala Dinner Rakornas Primer Koperasi Produksi Tempe Tahu Indonesia. (Dok.Pemkot Salatiga)

Sementara, Ketua GAKOPTINDO Aip Saefudin, menyampaikan, sistem perdagangan kedelai yang berlaku di dunia adalah sistem perdagangan bebas. Oleh karena itu, jika dunia banyak yang membutuhkan kedelai maka ketersediaan kedelai menjadi berkurang dan harganya pun naik. Menurutnya, kenaikan harga kedelai secara bertahap, dan saat ini harga kedelai di pengrajin mencapai Rp12.000 lebih.

“Ini menjadi pukulan berat. Pada bulan Januari tak lagi mampu berproduksi karena perhitungan biaya produksi sebesar Rp8.500 tapi harga kedelai saat itu sudah mencapai Rp11.000 sehingga terpaksa mogok produksi dan mogok jualan,” katanya.

Lebih jauh diungkapkannya bahwa, Pemerintah Pusat melihat jutaan pengrajin tempe tahu di Indonesia terpukul dengan harga kedelai, maka atas inisiatif dan dorongan dari GAKOPTINDO kepada Pemerintah, akhirnya Pemerintah memberikan bantuan subsidi kepada pengrajin tempe tahu di seluruh Indonesia sebesar Rp1.000/kg melalui Bulog.

Bantuan diberikan sejak April selama empat bulan ke depan dengan nilai total Rp800 miliar. Namun dalam pelaksanaannya mengalami banyak kendala karena bantuan hanya dilakukan kepada pengrajin yang menjadi anggota Kopti.

“Mohon dukungan dan doa restu bahwa kami ini hanya ingin membantu pengrajin tempe tahu yang kecil-kecil dan jumlahnya jutaan di seluruh Indonesia. Terimakasih kepada Pemkot Salatiga yang memberikan rasa bangga dan semangat yang tinggi bagi kami, untuk membina dan mendukung para pengrajin tempe tahu yang berkoperasi, sehingga masyarakat akan hidup lebih sehat dan lebih baik lagi di masa yang akan datang,” jelas Aip.

Ketua DPRD Kota Salatiga, Dance Ishak Palit selaku tuan rumah menegaskan bahwa kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai 3 juta ton per tahun, sementara kemampuan produksi kedelai lokal hanya sebesar 300 ribu ton per tahun. Dengan kondisi tersebut, kebutuhan kedelai masyarakat Indonesia masih tergantung 90 persen dari impor, khususnya dari Amerika.

“Jawa Tengah merupakan konsumen tempe dan tahu tertinggi di Indonesia, untuk itu kedelai menjadi masalah penting bagi Jawa Tengah. Kami berharap dari pertemuan ini bisa mendapatkan solusi-solusi baik secara organisasi maupun teknis, yang berkaitan dengan kedelai di Indonesia. Saya berharap ada rekomendasi dari Salatiga yang diharapkan ke depan mampu mengatasi persoalan kedelai di Indonesia,” tandasnya.

194