Solo, Gatra.com - Masjid Taman Sriwedari Sriwedari Solo (MTSS) pernah digadang menjadi masjid paling megah di Kota Solo. Sayangnya pembangunan masjid ini mangkrak selama beberapa tahun akibat tidak ada dana. Sehingga panitia belum membayar sama sekali pada kontraktor pelaksana PT Wijaya Karya (Wika).
Hal ini dibenarkan oleh Ketua Panitia Pembangunan Masjid, Achmad Purnomo saat dihubungi, Senin (30/5). Ia mengatakan saat ini pembangunan masjid sudah mencapai 85 persen. Bahkan terkait bahan-bahan untuk finishing, semua sudah terbeli.
"Semua sudah terbeli, tinggal masang saja," kata pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Wali Kota Solo ini.
Untuk pembayarannya sampai saat ini panitia belum memberikan uang sama sekali pada kontraktor.
"Belum terbayar, masih belum dibayarkan. Makanya kami salut dengan WIKA karena sampai saat ini masih bersedia menunggu," ucapnya.
Pembayaran ini belum dilakukan sama sekali karena memang belum ada dana yang terkumpul. Awalnya untuk pembangunan masjid tersebut, panitia berencana mengumpulkan dana CSR dan sumbangan dari perorangan. Sayangnya dana yang terkumpul tidak mencukupi. "Memang ada dana donasi, tapi baru sedikit," ujarnya.
Terkait persoalan ini, panitia sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka hingga Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Mahfud MD.
"Saat ini kami berusaha semaksimal mungkin untuk mencari CSR. Hanya saja memang banyak yang ragu-ragu," katanya.
Sebab, tidak bisa dipungkiri jika selama ini banyak yang mengkhawatirkan status tanah Sriwedari yang masih merupakan tanah sengketa. Sehingga selama ini banyak pihak yang ragu-ragu untuk menyumbang dana bagi pembangunan masjid ini.
"Secara nggak langsung pasti ada pengaruh (pada penyumbang), yang awalnya menyatakan kesanggupan jadi ragu-ragu. Tapi kami yakin itu (lahan) milik Pemkot. Tapi memang banyak donatur yang ragu-ragu," katanya.
Sementara itu Pimpinan Proyek Pembangunan MTSS dari PT Wijaya Karya (Wika) Agung Budianto mengatakan hingga saat ini persoalan utama proyek pembangunan Masjid Sriwedari yakni terkait pendanaan. "Kalau mau lebih serius, justru kapan mau dibayar? Ini yang lebih penting," ucapnya.
Ia meminta warga Solo untuk bisa ikut memikirkan pendanaan masjid ini. Sebagaimana diketahui, nilai proyek pembangunan MTSS cukup fantastis, yakni Rp 165 miliar. "Justru warga harus ikut nyengkuyung (menyokong) masjid ini. Nilainya besar, Rp 165 miliar, belum lagi tambahannya," tuturnya.
Masjid yang berlokasi di pusat kota Solo ini pembangunannya terhenti akibat pendanaan. Awalnya kebutuhan anggarannya mencapai Rp 165 miliar. Namun karena terhenti selama tiga tahun, anggarannya membengkak menjadi Rp 180 miliar.
Saat ditanya terkait hal ini, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan persoalan pendanaan masjid sudah diserahkan pada panitia. Sebab pembangunan masjid tersebut tidak menggunakan APBD maupun APBN.
"Kalau dulu saya mau bantu nyari. Tapi kalau tanahnya tanah sengketa (calon donatur) juga mikir," kata Gibran.
Sebagai informasi Masjid Taman Sriwedari Solo rencananya dibangun di periode pemerintahan FX Hadi Rudyatmo dan Achmad Purnomo saat menjabat sebagai Wali Kota Solo. Namun karena tidak ada donatur yang memberikan dana, maka pembangunan masjid ini mangkrak selama bertahun-tahun.