Jakarta, Gatra.com - Duta Besar RI untuk Swiss, Muliaman D Hadad mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang diterima dari tim SAR dan pihak Kepolisian Swiss, setiap tahun setidaknya terdapat 15 hingga 20 kasus orang hanyut di Sungai Aare, Bern.
“Kenapa cukup banyak? Karena tempat ini memang menjadi spot berenang,” katanya dalam konferensi pers yang digelar secara virtual pada Sabtu (28/5).
Menurutnya, pemerintah setempat sebagai pengelola sungai sudah mengeluarkan banyak peringatan. Mulai dari peringatan yang dipajang di lokasi, rambu-rambu, hingga spot-spot yang tidak boleh digunakan untuk berenang.
“Setiap saat kita juga bisa mengecek website (situs) dari pemerintah lokal pengelola sungai yang juga sering diacu oleh masyarakat,” ucapnya.
Dalam situs ini, terdapat berbagai informasi terkait kondisi sungai yang diperbaharui setiap hari. Mulai dari kondisi cuaca, suhu air, hingga perkiraan deras arus. Rata-rata deras arus Sungai Aare mencapai 180 sampai 230 meter kubik per detik.
“itu selalu disampaikan. Jadi saya melihat sudah cukup banyak informasi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. karena ini menjadi kebiasaan penduduk setempat, biasanya masyarakat langsung mengacu pada sumber-sumber informasi seperti itu kalau mau berenang,” jelas Muliaman.
Ia juga mengatakan, dari kejadian-kejadian sebelumnya, 99,9% korban hilang terbawa arus sungai ditemukan dalam rentang waktu tiga minggu. Perkiraan ini berdasarkan informasi yang disampaikan pihak Kepolisian Swiss serta tim SAR yang telah puluhan tahun menjaga Sungai Aare.
Diketahui, putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz yang hilang saat berenang di sungai Aare sejak Kamis (26/5) masih belum ditemukan hingga saat ini. Pencarian terus dilakukan oleh tim SAR yang juga dibantu oleh KBRI.