Sukoharjo, Gatra.com - Gerakan meminum jamu secara serentak digelar Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Pendopo Graha Satya Praja (GSP), Jum'at (27/5/2022). Acara tersebut dalam rangka memperingati Hari Jamu Nasional.
Bupati Sukoharjo Etik Suryani mengatakan, selama ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pemkab Sukoharjo sudah membuat kebijakan untuk minum jamu setiap hari Jumat. Hal ini untuk melestarikan jamu yang merupakan budaya warisan leluhur. Terlebih lagi, Kabupaten Sukoharjo sudah dicanangkan sebagai kabupaten jamu oleh pemerintah pusat pada bulan Maret.
"Selain untuk melestarikan jamu, kebijakan minum jamu setiap hari Jumat juga untuk mendukung pelaku UMKM jamu agar tetap eksis, terlebih di masa pandemi saat ini," kata Etik.
Dilanjutkan Etik, dengan kebijakan minum jamu setiap hari Jumat, membuat pelaku UMKM jamu di Kabupaten Sukoharjo tetap ekses sehingga perekonomian masyarakat terus meningkat. Terlebih lagi, Kabupaten Sukoharjo juga sudah memiliki kampung jamu dan juga Pasar Jamu Nguter.
"Jamu harus dilestarikan karena merupakan warisan budaya bangsa. Dengan minum jamu itu juga bagian dari upaya pelestarian," ujarnya.
Sementara itu, menurut Ketua Koperasi Jamu Indonesia (Kojai) Sukoharjo, Suwarsi Moertedjo, semua masyarakat mulai dari anak kecil hingga dewasa menyukai minuman jamu tradisional. Sehingga wajib dilestarikan sepanjang masa.
"Jamu terus berkembang dan mengikuti trend-trendnya, seperti menyasar ke milenial," ucapnya.
Bahkan saat ini pihaknya sudah mengusulkan produk jamu ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) atau Intangible Cultural Heritage. Sehingga produk jamu harus terus dilestarikan.
Dia menyebut, beragam produk jamu bisa dipasarkan di marketplace atau online di era modern. Sehingga pelaku usaha jamu harus inovatif dan memanfaatkan pesatnya teknologi informasi.
"Saat ini, transaksi jual-beli berbagai lini usaha dan bisnis dilakukan secara online. Pelanggan tak perlu lagi datang ke Pasar Jamu Nguter. Cukup pesan produk jamu melalui aplikasi," tandasnya.