Pati, Gatra.com – Sebanyak ribuan nelayan di Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tidak dapat melaut pasca diterjang banjir rob dan gelombang tinggi di pesisir utara Jawa, Senin (23/5) lalu.
Ratusan perahu jenis cokrik tampak tertambat di pelabuhan Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuhseti. Para nelayan terpaksa tidak bisa melaut karena air pasang dan gelombang tinggi masih mengintai di laut.
Kondisi tempat pelelangan ikan (TPI) Banyutowo pun terpantau lengang, karena tidak ada aktivitas lelang. Imbas dari hampir sepekan nelayan tak melaut.
Ketua Relawan SAR Tunggul Wulung, Ali Masadi mengatakan, fenomena air rob pada Senin (23/5) memang yang paling tinggi selama ia menjadi relawan.
“Air rob melebihi batas, ketinggian ombak mencapai 3 meter lebih, sehingga masuk rumah penduduk yang berada di pinggir pantai,” ujarnya, Kamis (26/5).
Banjir rob juga sempat membuat perahu nelayan banyak yang terbawa arus. Hanya saja sejumlah kapal yang sempat hilang itu, saat ini sudah dapat ditemukan dan dibenahi.
“Hari Senin banyak perahu nelayan yang kocar-kacir, baik di dermaga maupun. Di bawa ke sungai untuk lebih aman,” terangnya.
Secara keseluruhan ada sebanyak 45 desa di 7 kecamatan yang terdampak rob saat itu. Berkenaan masih adanya gelombang tinggi pesisir utara Jawa, ia mengimbau agar nelayan tidak melaut sementara waktu, demi keselamatan.
“Mengimbau jangan melaut ke tengah dulu, karena gelombangnya masih tinggi, sangat berbahaya,” ungkapnya.
Supangat salah seorang nelayan mengaku, sudah lima hari ini tidak melaut. Iapun memanfaatkan waktu membenahi kapal dan jala.
“Sementara ya terpaksa menganggur, karena kerjaannya cuma melaut saja. Sudah lima hari ini tidak cari ikan,” sebut warga Desa Kenanti, Kecamatan Dukuhseti itu.
Berkenaan itu, ia berharap agar pemerintah dapat membantu nelayan yang terdampak bencana. “Harapannya ada bantuan untuk nelayan, karena kita tidak bisa cari nafkah. Kasihan yang di rumah kalau ini berlarut,” jelasnya.