Washington DC, Gatra.com - Penembakan yang terjadi di sebuah SD di Texas, Amerika Serikat, mengakibatkan 21 jiwa, 19 anak-anak dan 2 orang dewasa melayang. Penembakan ini menjadi yang terburuk setelah penembakan yang terjadi di Sandy Hook hampir satu dekade lalu yang menewaskan 26 orang.
Presiden Joe Biden tidak bisa menutupi kesedihan dan kemarahannya. Dengan nada suara yang makin lama makin keras, Biden mengatakan, “Sebagai sebuah bangsa, kita harus bertanya, dalam nama Tuhan, kapan kita akan menghentikan lobi tentang senjata?”
Biden menyalahkan lobi-lobi yang dilakukan para penjual senjata di Amerika Serikat untuk memblok rencana aturan pengetatan penggunaan senjata. Dia meminta agar dikibarkan bendera setengah tiang tanda berduka hingga Sabtu nanti.
“Saya sudah lelah dengan ini semua. Kita harus bertindak,” kata Biden, tanpa menjelaskan secara spesifik tindakan apa yang akan dilakukan.
Penembakan yang dilakukan oleh Salvador Ramos, 18 tahun tersebut, sekali lagi menimbulkan perdebatan yang tak pernah usai antara pihak yang menginginkan pengetatan atas kontrol senjata dan pihak yang selalu berkoar-koar bahwa kebebasan untuk memiliki senjata dijamin oleh KOnstitusi Amerika Serikat.
Penembakan di Texas merupakan yang terburuk dalam 1 dekade setelah terjadinya penembakan sadis di SD Sandy Hook, Conneticut, Desember 2012 yang menewaskan 26 orang, 20 diantaranya anak-anak.
Senator Demokrat asal Connecticut, Chris Murphy, yang ngotot akan adanya pengetatan penggunaan senjata, menyampaikan kepada wartawan kekalutannya bahwa seakan-akan mereka tidak punya kekuatan untuk melawan kekerasan bersenjata yang sudah menewaskan terlalu banyak orang tak berdosa.
“Amerika Serikat adalah negara kaya dan sekaligus bangsa paling mematikan sedunia dan kita punya aturan mengenai senjata paling longgar sedunia. Kita tahu, senjata memenuhi negara ini seperti air. Dan itulah sebabnya, kita selalu bertemu dengan penembakan massal demi penembakan massal,” ujarnya.
Senjata api menjadi penyebab kematian tertinggi anak-anak dan remaja Amerika Serikat sejak tahun 2020, melewati kasus kematina karena kecelakaan lalu lintas, demikian hasil penelitian Universitas Michigan yang diterbitkan di jurnal New Engalnd Journal of Medicine bulan lalu.