Yogyakarta, Gatra.com- Tak ada temuan kasus Covid-19 selama satu hari, Senin (23/5), di Daerah Istimewa Yogyakarta. Situasi ini diharap tak direspons dengan euforia, bahkan penerapan prokes diminta jadi gaya hidup seterusnya.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie. “Harapan kami itu yang terjadi lapangan. Kalaupun masih ada beberapa kasus, itu flu biasa, Setelah diswab antigen dan PCR memang hasilnya nol,” kata dia, Selasa (24/5).
Usai libur panjang pekan lalu, kasus Covid-19 memang masih ditemukan. Pada 17 Mei ditemukan 5 kasus dan sehari kemudian 14 kasus. Selebihnya rata-rata ditemukan dua kasus per hari. Sedangkan selama sepekan kasus kematian bertambah tiga orang.
Angka terendah tercatat pada Senin (23/5) karena tak ditemukan penderita Covid-19 dan tak ada juga kematian karena penyakit tersebut. Sementara ada satu warga yang sembuh.
Data akumulasi Covid-19 DIY menunjukkan ada 220.641 kasus dengan 214.635 penderita telah sembuh dan 5.903 kematian. Kasus aktif tercatat 104 orang, termasuk 92 orang yang dirawat di rumah sakit.
Padahal saat libur panjang yang banyak kerumunan dan potensi penularan tinggi. “Kalau dihitung libur panjang kemarin memang seminggu. Mudah-mudahan kasusnya melandai terus,” ujar Pembajun.
Pembajun mengatakan pihaknya bakal menunggu hingga seminggu ke depan. Hal ini untuk memastikan situasi pandemi terus membaik. “Kita memang menunggu beberapa saat. Paling tidak masa inkubasinya kan 5-7 hari. Kalau 5-7 hari ke depan nol terus, kematian juga nol, ini yang kami harapkan,” ujarnya.
Namun Pembajun meminta masyarakat tetap harus waspada atas kondisi ini. “Selama pemerintah belum men-declare ke endemi, kami harap prokes tetap diberlakukan,” ujarnya.
Ia menyebut pemda juga bakal mendukung setiap kebijakan pemerintah pusat, termasuk pelepasan masker di ruang terbuka dan usulan peniadaan PPKM. Namun lagi-lagi ia berharap warga tak menyikapi secara berlabihan. “Memang kalau pemerintah sudah menetapkan hal itu selayaknya kita ini di daerah mendukung hal tersebut. Tidak euforia,” ujarnya.
Ia justru berharap protokol kesehatan tetap berlanjut menjadi kebiasaan dan gaya hidup. Sebab kebiasaan ini bagus untuk menjaga kesehatan. “Kita tetap menjaga dan berharap perilaku masyarakat jadi life style seterusnya. Contohnya saat flu, kita pakai masker itu tidak perlu malu atau resah. Tujuannya melindungi orang lain. Ini bagian ibadah dan gaya hidup kita,” tuturnya.