Karanganyar, Gatra.com - Tim Penggerak PKK Kabupaten Karanganyar, Jateng menemukan resistensi sekelompok masyarakat terhadap vaksinasi pada bayi. Hal itu menyulitkan upaya pencegahan penyakit hepatitis B.
"Dulu yang menolak vaksin itu di wilayah Karanganyar kota, Jatiyoso dan Tawangmangu. Sekarang di 17 kecamatan ada semua. Ini cukup menyulitkan dalam mendukung program pemerintah," kata Ketua TP PKK Kabupaten Karanganyar, Siti Khomsyah usai halal bihalal TP PKK Karanganyar di pendopo rumah dinas bupati, Senin (23/5).
Ia menemukan data itu dari laporan pokja IV yang membidangi kesehatan. Ketua Pokja IV dijabat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Purwati.
Meski di Karanganyar belum ditemukan kasus hepatitis, namun upaya pencegahan tetap harus dilakukan. Penolakan vaksinasi oleh orangtua terhadap bayinya, lanjut dia, bisa membuka celah masuknya virus hepatitis.
Sesuai arahan dari Pokja IV PKK, vaksinasi hepatitis B idealnya diberikan pada usia 0,1 dan 6 bulan.
"Tiap bulan, kader posyandu mencermati pertumbuhkembangan anak. Bahkan di masa pandemi pin, kader sampai door to door. Tiap 10 keluarga diampu satu kader. Itu mengapa kader PKK atau posyandu benar-bernar tahu tentang vaksinasi bagi masyarakat," katanya.
Bagi mereka yang menolak vaksinasi, terdapat mekanisme pemberian surat pernyataan. Isinya bakal menanggung semua risiko bilamana terjadi penularan penyakit.
Istri Bupati Karanganyar Juliyatmono ini mengatakan, penolakan vaksinasi maupun imunisasi dilatarbelakangi keyakinan masing-masing.
"Kader PKK sampai bilang, vaksinasi enggak haram. Kalau ada apa-apa, pemerintah yang menanggung dosanya. Saya sampai bilang begitu," katanya.
Sementara itu Kepala DKK Karanganyar, Purwati mewanti-wanti peserta didik agar menghindari penyakit hepatitis akut selama mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah. DKK pun telah memberikan panduannya ke Dinas Pendidikan dalam melaksanakan PTM.
Menurutnya, beberapa tips untuk mencegah hepatitis akut yaitu rutin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, mengonsumsi makanan dan minuman yang matang sempurna.
Kemudian, menggunakan peralatan pribadi, mengenakan masker, menjaga jarak dengan teman yang sedang sakit, serta rutin membersihkan benda yang disentuh.
Ia memastikan bahwa hingga kini Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar belum menerima laporan mengenai adanya masyarakat yang menderita hepatitis akut yang disebabkan oleh infeksi adenovirus serotype.
Menurutnya, gejala hepatitis akut hampir mirip dengan Hepatitis A, B, C, D dan E, yakni, demam disertai diare, mual, muntah dan sakit perut. Kemudian indikator lainnya yaitu jika angka SGPT atau Serum Glutamat Piruvat Transaminase dan SGOT atau Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase di atas 500.
“Itu yang harus diwaspadai, terutama bagi masyarakat yang punya anak balita. Gejala yang perlu diwaspadai juga meliputi warna mata dan kulit dapat menguning, kejang serta kesadaran menurun,” ujarnya.
Ia mengimbau, jika masyarakat menemukan gejala awal tadi, agar membawa pasien ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan lanjutan dan jangan menunggu muncul gejala lanjutan.