Davos, Gatra.com - Pandemi COVID-19 telah menciptakan banyak miliarder baru setiap 30 jam dan sekarang satu juta orang dapat jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem dengan kecepatan yang sama.
Penjelasan itu dijelaskan Badan amal internasional itu di tengah berlangsungnya KTT Davos, Swiss, Senin (23/5).
Oxfam mengatakan sudah waktunya untuk mengenakan pajak pada orang kaya, untuk mendukung yang kurang beruntung (miskin) diungkapkan dalam pertemuan, ‘elit global’ di surga pegunungan Swiss dalam acara Forum Ekonomi Dunia setelah absen selama dua tahun akibat Covid.
Oxfam mengatakan pihaknya memperkirakan ada 263 juta orang akan tenggelam dalam kemiskinan ekstrem tahun ini, dengan laju satu juta orang setiap 33 jam, karena melonjaknya inflasi telah menambah krisis biaya hidup di atas COVID-19.
Sebagai perbandingan, 573 orang menjadi miliarder selama pandemi, atau satu setiap 30 jam.
"Para miliarder tiba di Davos untuk merayakan lonjakan luar biasa dalam kekayaan mereka," kata direktur eksekutif Oxfam Gabriela Bucher, dalam sebuah pernyataan.
“Pandemi dan sekarang kenaikan tajam harga pangan dan energi. Sederhananya, menjadi keuntungan bagi mereka,” kata Bucher.
“Sementara itu, kemajuan puluhan tahun dalam kemiskinan ekstrem sekarang terbalik, dan jutaan orang menghadapi kenaikan yang mustahil dalam biaya untuk bisa bertahan hidup,” katanya.
Oxfam menyerukan "pajak solidaritas" satu kali atas rejeki nomplok pandemi bagi miliarder untuk mendukung orang-orang yang menghadapi kenaikan harga serta mendanai "pemulihan yang adil dan berkelanjutan", dari pandemi.
Ia juga mengatakan sudah waktunya untuk mengakhiri pencatutan krisis dengan meluncurkan "pajak laba berlebih sementara" sebesar 90 persen atas keuntungan tak terduga dari perusahaan besar.
Oxfam menambahkan bahwa pajak kekayaan tahunan pada jutawan sebesar dua persen, dan lima persen untuk miliarder, dapat menghasilkan US$2,52 triliun per tahun.
“Pajak kekayaan seperti itu akan membantu mengangkat 2,3 miliar orang keluar dari kemiskinan, membuat cukup vaksin untuk dunia dan membayar perawatan kesehatan universal bagi orang-orang di negara-negara miskin,” katanya.
Oxfam mencatat mendasarkan perhitungannya pada daftar miliarder di Forbes dan data Bank Dunia.