Home Ekonomi Budidaya Jangkrik di Desa Sukosari Janjikan Cuan

Budidaya Jangkrik di Desa Sukosari Janjikan Cuan

Karanganyar, Gatra.com – Beternak jangkrik menjadi andalan 60 peternak Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng) dalam meraup cuan atau uang. Jenis hama pertanian itu dikembangbiakkan untuk pakan burung berkicau.

Dari kandang milik warga di Dusun Bakdalem ini, jangkrik dijual oleh tengkulak ke berbagai pasar burung di wilayah Solo dan sekitarnya. Bisnis tersebut dianggap jauh lebih menguntungkan dibanding bercocok tanam maupun beternak sapi maupun kambing. Sebab, ongkos pakannya murah dan tidak memerlukan waktu lama sampai panen. Selain itu, jangkrik merupakan serangga yang tahan terhadap berbagai kondisi ekstrem.

Salah satu peternak jangkrik di Dusun Bakdalem dari Kelompok Jangkar Muda, Bagus Pamudi, menuturkan, saat ini terdapat 60 peternak di kampungnya. Dalam sehari, mereka bisa memanen 400 kilogram serangga itu.

"Biasanya dibeli tengkulak. Jika dihitung omzetnya, 400 kilogram jangkrik itu setara Rp12 juta," katanya kepada Gatra.com pada akhir pekan ini.

Perhitungan kasarnya, produksi beberapa kelompok mencapai 5 ton lebih dalam setahun. Berkat keuntungan yang menjanjikan, para peternak pun makin rajin melakukan perluasan kandang supaya panenannya lebih banyak. Sebab, permintaan pasar mencapai 12-15 ton per tahun.

Bagus mengatakan, cukup mudah membudidaya jangkrik konsumsi burung berkicau. Peternak hanya perlu menyediakan media tumbuh jangkrik yang terpisah, mulai telur atau larva hingga jangkrik muda dan dewasa. Media tumbuh kembang berupa wadah dengan penutup berventilasi.

Adapun pakannya berupa dedaunan dari sayuran hijau. Jika perawatan pada jangkrik benar, umumnya bisa dipanen pada hari ke-30 sejak larva. Pengembangan bisnis menjanjikan cuan ini tetap membutuhkan tambahan modal.

"Kami memang membutuhkan batuan modal usaha yang lebih besar, terutama dari pemerintah," kata Bagus.

1384