Home Kesehatan Kanker Serviks Tertinggi Kedua di Indonesia, Wanita Kerap Jadi Korban

Kanker Serviks Tertinggi Kedua di Indonesia, Wanita Kerap Jadi Korban

Jakarta, Gatra.com – Kanker serviks menjadi penyakit kanker kedua terbesar di Indonesia saat ini, baik dari segi jumlah kejadian maupun kematian. Ia hanya kalah dari kanker payudara yang berada di posisi teratas.

Koordinator Substansi Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Aldrin Neilwan Pancaputra, membeberkan data-datanya.

Merujuk pada data tahun 2018 yang dipaparkan oleh dr. Aldrin, jumlah kejadian kanker serviks adalah sebanyak 24 kejadian per 100.000 orang. Sementara jumlah kematiannya adalah 14 kematian per 100.000 orang. Sementara kanker payudara mencatat sebanyak 44 kejadian per 100.000 orang dan 15 kematian per 100.000 orang.

“Dan dari data yang ada lebih dari 70% kasus kanker yang ada itu terdiagosis pada stadium lanjut yang tentu saja berdampak pada prognosisnya,” ujar dr. Aldrin pada Kamis, (19/5/2022).

Sementara menurut data tahun 2020, sebanyak 54% kasus kanker baru terjadi para perempuan. Hampir 50% kasus kanker pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks). Kejadian kanker payudara adalah sebanyak 30,8%, sementara kanker serviks sebanyak 17,2%.

Di tahun yang sama, WHO mencatat sebanyak 21.003 kasus kematian perempuan di Indonesia karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi virus Human Pappilomavirus Genital (HPV).

Penularan dapat terjadi salah satunya melalui hubungan intim, meskipun tanpa gejala, infeksi dapat berlanjut beberapa tahun setelah terpapar virus HPV. Pemeriksaan fisik melalui deteksi dini yang inovatif hingga penanganan infeksi virus HPV untuk mencegah penularan, perlu diinformasikan secara berkala agar kesadaran masyarakat semakin meningkat.

Sementara menurut Roche Indonesia, perusahaan bioteknologi bidang farmasi dan diagnostik, salah satu hambatan mengenai isu kanker serviks ini adalah sejumlah 60% masyarakat global masih kurang informasi dan biaya hingga rasa takut kalau-kalau hasil tesnya positif.

Hal ini menjadi hambatan-hambatan dalam melakukan deteksi dini suatu penyakit. Pada kanker serviks yang terlambat dideteksi, angka harapan hidup pasien kanker serviks dapat turun menjadi kurang dari 20 persen.

"Karenanya, akses yang lebih luas untuk deteksi dan perawatan kanker serviks yang inovatif menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas kesehatan perempuan,” kata Director, Country Manager Diagnostics, Roche Indonesia Ahmed Hassan.

Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, Prof Andrijono, juga menyebut bahwa perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual rentan terhadap penularan virus HPV.

“Pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya keterlambatan penanganan pada kanker serviks,” ujar Andrijono.

884