Banyumas, Gatra.com – Pelajar di SMA Negeri 1 Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah menggelar pameran dokumen arsip dan artefak keluarga yang dimiliki, Kamis (19/5). Kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan hari kearsipan nasional yang jatuh pada 18 Mei.
Guru Sejarah SMA Negeri 1 Sigaluh yang juga Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Banjarnegara Heni Purwono mengatakan, pameran ini sekaligus dilakukan untuk mengedukasi siswa mengenai pentingnya arsip, dokumen, dan artefak peninggalan keluarga.
“Hari ini kita ada pameran arsip dan dokumen keluarga dari siswa kelas 10 IPS ,” kata Heni, Kamis (19/5).
Menurutnya, dokumen dan artefak itu di masa depan akan menjadi catatan penting sejarah muasal sebuah keluarga. Harapannya, dengan membiasakan mengarsipkan dokumen dan artefak, siswa akan memiliki kesadaran untuk menghargai benda-benda bersejarah di sekitarnya.
“Jadi ini merupakan upaya kita untuk melestarikan dan juga membiasakan siswa, tentang pentingnya arsip keluarga. Karena di dalamnya, pasti memuat sejarah,” jelasnya.
Dalam pameran ini, ada siswa yang membawa akte lahir dan surat nikah kakeknya. Ada pula yang membawa benda-benda peninggalan milik keluarganya, seperti rantang atau tempat makan. Selain melakukan pameran, siswa juga diminta untuk bisa menjelaskan kesejarahan benda-benda yang dibawanya.
Tak hanya memajang untuk dilihat teman sekelas, satu per satu siswa menjelaskan kisah sejarah dari masing-masing arsip dan artefak yang dibawanya. Hafiza Roika Hayati misalnya, membawa kartu tanda anggota Hansip tahun 70-an.
Ada juga Taufik Hidayat yang membawa rantang hijau milik neneknya yang katanya sudah disimpan sejak tahun 80-an.
Kegiatan tersebut merupakan penilaian harian mata pelajaran sejarah yang dilakukan Heni Purwono selaku guru sejarah. Menurutnya, selain untuk penilaian proyek akhir tahun, juga kegiatan ini dalam rangka memeringati Hari Kearsipan Nasional yang jatuh setiap 18 Mei.
“Ada yang membawa buku nikah, kemudian akte kelahiran kakeknya, dan juga rantang milik mbahnya. Dan juga ada mata uang, uang logam, tahun 1978,” ujarnya.
Menanggapi pameran arsip dan artefak keluarga ini, Guru Besar Sejarah Universitas Airlangga Surabaya, Prof Purnawan Basundoro mengatakan arsip keluarga sangatlah penting bagi khasanah kesejarahan, karena berawal dari arsip keluarga sejarawan bisa menulis aspek sejarah yang sangat luas.
“Beberapa sejarawan Belanda bahkan memakai buku harian orang sebagai bahan merekonstruksi sejarah,” ungkap Prof Purnawan, yang juga Dewan Pakar Asosiasi Guru Sejarah Indonesia itu.