Jakarta, Gatra.com - Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Elvieda Sariwati mengatakan bahwa hanya tiga dari 10 orang yang terdeteksi menyandang PTM. Selebihnya, tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap PTM lantaran tidak ada gejala dan tanda, sampai terjadi komplikasi.
"Ini menjadi satu tantangan bagi kita semua untuk melakukan intervensi bagaimana melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ini, sehingga bisa kita tindaklanjuti lebih awal," katanya dalam diskusi virtual pada Rabu (18/5).
Padahal, lanjutnya, jika diketahui menderita PTM pada saat deteksi dini, maka kita bisa lakukan pengobatan atau tata laksana lebih awal. Sehingga tidak akan terjadi komplikasi.
"Ini semua tujuannya untuk menurunkan prevalensi kematian karena PTM," ujarnya.
Berdasarkan Permenkes Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penanggulangan PTM, terdapat beberapa strategi dalam upaya menurunkan angkan kematian akibat PTM. Pertama, promosi kesehatan yang bertujuan mengubah perilaku dan pemberdayaan masyarakat. Kedua, deteksi dini sebagai upaya identifikasi dan intervensi sejak awal faktor risiko dan PTM. Ketiga, perlindungan khusus melalui vaksinasi. Terakhir, penanganan khusus berupa pengobatan di fasyankes sesuai standar.
"Tentunya ini semua tidak bisa dilakukan hanya Kementerian Kesehatan sendiri, perlu melibatkan lintas program dan sektor untuk melakukan semua strategi ini," ucapnya.
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga saat ini sedang melakukan transformasi sistem kesehatan. Terdapat dua dari enam pilar yang berkaitan dengan PTM.
Pilar pertama, transformasi layanan primer yang program prioritasnya adalah edukasi penduduk melalui tujuh kampanye utama. imunisasi, gizi seimbang, olah raga, anti rokok, sanitasi & kebersihan lingkungan, skrining penyakit, dan kepatuhan pengobatan bagi penyandang PTM.
"Kemudian layanan primer yang kedua adalah pencegahan sekunder berupa skrining 14 penyakit penyebab kematian tertinggi di mana 10 di antaranya adalah PTM. Peningkatan skrining ini dilakukan di seluruh Indonesia," jelas Elvieda.
Selanjutnya, pilar keenam, transformasi teknologi kesehatan. Semua data terkait dengan faktor risiko ini bisa didapatkan melalui platform digital. Dari data-data ini, bisa dilakukan reminder kepada masyarakat penyandang PTM.
"Digitalisasi informasi baik itu nanti aplikasi seperti PeduliLindungi, maupun aplikasi dari Kemenkes untuk melakukan penginputan data.
Itulah yang kita coba lakukan transformasi dalam beberapa tahun ke depan ini," katanya.