Karanganyar, Gatra.com - Kematian mendadak sapi tak hanya terjadi di wilayah Jawa Timur. Namun juga di Kabupaten Karanganyar, Jateng. Hanya saja, penyebabnya masih misterius. Kematian belasan ternak itu juga bukan akibat inveksi penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kabid Peternakan pada Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Karanganyar, Heri Sulistyo mengatakan sampel darah dan kotoran sapi mati telah diuji ke Balai Besar Veteriner (BBV) di Wates, Sleman, DIY. Hasilnya, kematian sapi bukan karena PMK. Laboratorium masih melakukan kajian untuk memastikan penyebab kematian belasan sapi di Dusun Ngemplak Desa Kaliboto Kecamatan Mojogedang itu. Adapun waktu kejadian belasan sapi mati mendadak pada Maret lalu.
“Selain diuji sampel juga investigasi ke lapangan. Hasilnya nihil terserang antraks maupun diracun sianida. Belum dipastikan penyebabnya,” katanya kepada wartawan di Karanganyar, Jumat (13/5).
Sapi-sapi itu mengalami gejala sebelum mati yang hampir mirip. Yakni kejang-kejang, lumpuh, perut kembung lalu mati. Oleh pemiliknya, sebagian menjual atau menyembelihnya sebelum menemui ajal. Belasan sapi mati mendadak itu berlokasi di empat dusun desa tersebut.
Heri mengatakan pihaknya masih mewaspadai kemungkinan kasus sama terjadi di wilayah lain. Sejauh ini, belum dilaporkan kematian mendadak sapi terserang PMK. Ia menyebut gejala PMK adalah suhu tubuh sapi sampai 41 derajat celcius, bibir pecah-pecah, kuku kaki terkelupas dan lumpuh.
“Belum ada gejala seperti itu. Di wilayah Soloraya, baru ada kasus di Boyolali. Menyerang sapi dan kambing,” katanya.
Ia membenarkan kasus PMK di Boyolali mendapat perhatian serius pemerintah pusat. Seluruh stakeholder peternakan di Soloraya makin aktif berkoordinasi dalam rangka pencegahan. Salah satu caranya dengan menyemprot disinfektan ke kandang dan mengantisipasi masuknya ternak dari wilayah endemi PMK.
“Pak Menteri (SYL) ke Boyolali sambil berikan obat dan vitamin ternak. Selain Boyolali, insya Allah kabupaten kota di sekitarnya masih aman,” katanya.
Mengenai perketatan lalu lintas ternak, ia menyarankan pedagang menghindari jual beli ternak dari Jawa Timur. "Ada kasus PMK di sana,” katanya. Menurutnya, penularan sangat mungkin terjadi melalui kontak langsung.
Dalam rangka pencegahan, Dispertan PP Karanganyar mengagendakan sosialisasi intens ke peternak.
“Melibatkan petugas lapangan, mantri suntik dan dokter hewan tiap kecamatan. Berilah gizi cukup ke ternak karena kuncinya pada imune tubuh,” katanya.