Bantul, Gatra.com – Prihatin atas kondisi sampah yang tidak tertangani secara baik, Pemerintah Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta berinisiatif mengelola sampah secara mandiri sejak 2019.
Dari bisnis ini, setiap bulan tercatat laba bersih yang diperoleh per bulan mencapai Rp7 juta.
Saat berkunjung ke lokasi Tempat Pembuangan Sampah 3R (TPS 3R) ‘Go Sari’ di Dusun Bungsing, utara Lembaga Pemasyarakat (LP) Bantul, Gatra.com ditemui langsung Pelaksana Tugas Direktur BUMDes, Muhammad Iqbal, Jumat (13/5).
“Pertama kali beroperasi pada Desember 2019 dan di 2021 kemarin kita sudah tidak membuang sampah ke TPST Piyungan. Semua kita olah, pisah, dan manfaatkan langsung di sini,” kata Iqbal.
Dari 1.400-an pelanggan yang menggunakan jasanya, TPS ‘Go Sari’ menerima dua ton sampah rumah tangga per hari yang kemudian dipilah serta diolah.
Sampah kering yang laku jual disendirikan. Sampah basah dijadikan pupuk kompos dan pakan peternakan maggot. Sisa residu yang tidak bisa diolah atau digunakan kembali seperti masker dan pampers dibakar dalam mesin insenerator ramah lingkungan.
“Secara ekonomi, bulan kemarin laba bersih kita sebesar Rp4 juta dan bulan ini diestimasikan masuk Rp7 juta. Jika semua sampah warga se-Guwosari kita olah, ada peluang pemasukkan hingga Rp50 juta per bulan. Saat ini baru 30 persen sampah yang kita kelola,” lanjut Iqbal.
Iqbal bercerita kendala terbesar yang selalu dihadapi pihaknya adalah kurangnya sumber daya manusia (SDM) untuk memilah dan mengolah. Akibatnya, banyak sampah yang dibakar sia-sia. Untuk itu, diperlukan keterlibatan aktif pelanggan memilah sampah sebelum dibuang.
“Kami tengah memprogramkan pelatihan pemilahan sampah bagi warga akhir bulan ini. Terbuka bagi siapa saja, selama kuota mencukupi,” lanjutnya.
Kepala Desa Guwosari, Masduki, bercerita tujuan utama berdirinya TPS 3R ‘Go Sari’ adalah untuk menangani sampah warga desa agar tidak menambah beban TPST Piyungan. Ini juga sebagai persiapan beroperasinya Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga beberapa tahun lagi.
“Dulu desa masih memberikan subsidi, namun sekarang tidak lagi. Ini berkat kerja keras dan upaya pembelajaran terus menerus yang dilakukan pengelola,” jelasnya di lokasi.
Lurah termuda di Bantul ini mengajak para pengelola bank dan usaha lapak pemungut sampah di desanya untuk memanfaatkan TPS 3R dibanding membuang ke TPST Piyungan. Pihaknya membebaskan pelapak memilah sampah untuk dijual dan sisanya diserahkan ke ‘Go Sari’.
Masduki memaparkan pihaknya tengah memetakan potensi sampah di setiap dusun sampai RT. Dengan data ini, pemanfaatan sampah akan lebih optimal.
“Mengolah sampah itu angel-angel (susah-susah) gampang. Butuh semangat kebersamaan mulai dari atas sampai bawah. Jangan sekadar sampah menjadi ‘gimmick’,” katanya.
Membentuk sistem pengelolaan sampah yang baik, menurut Masduki, tidak hanya dari kesiapan penyediaan infrastruktur seperti tempat dan armada. Namun juga harus didukung infrastruktur politik agar warga tidak terdampak pengolahan sampah.