Yerusalem, Gatra.com - Otoritas Palestina menolak permintaan Israel untuk melakukan penyelidikan bersama atas "pembunuhan" jurnalis Shireen Abu Akleh dan menolak untuk menyerahkan peluru yang membunuhnya.
Pernyataan itu diungkapkan Menteri Urusan Sipil Palestina, Hussein al-Sheikh mengkonfirmasi pada hari Kamis (12/5).
“Israel telah meminta penyelidikan bersama dan untuk menyerahkan peluru yang membunuh jurnalis Shireen, kami menolaknya, dan kami menegaskan bahwa penyelidikan kami akan diselesaikan secara independen,” kata al-Sheikh dalam sebuah tweet, dikutip Reuters, Kamis (12/5).
Pejabat itu juga menambahkan bahwa semua bukti dan pernyataan saksi mengkonfirmasi bahwa jurnalis Palestina-Amerika, itu dibunuh oleh unit khusus Israel.
"Kami akan memberi tahu keluarganya, di Amerika Serikat, Qatar dan semua otoritas resmi dan publik tentang hasil penyelidikan dengan transparansi tinggi," kata al-Sheikh.
Lembaga forensik Palestina mengatakan otopsi awal tidak meyakinkan. Rayan al-Ali, direktur institut tersebut, mengatakan bahwa sebuah peluru cacat ditemukan dan sedang dipelajari lebih lanjut untuk menentukan siapa yang menembakkannya.
Sebelumnya, kementerian kesehatan Palestina menyebut seorang jurnalis veteran Al Jazeera, Abu Akleh ditembak dan dibunuh oleh tentara Israel saat meliput serangan Israel di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki, Rabu pagi.
Dia adalah seorang reporter wanita Palestina terkenal untuk saluran bahasa Arab, penyiar yang juga warga negara Amerika Serikat. Ali al-Samoudi, jurnalis Palestina lainnya, dirawat di rumah sakit dalam kondisi stabil setelah ditembak juga di bagian punggungnya.
Dalam rekaman video insiden tersebut, Abu Akleh terlihat mengenakan jaket antipeluru berwarna biru yang ditandai dengan jelas dengan kata “PRESS.”
Al-Samoudi, produsernya, mengatakan kepada Associated Press bahwa mereka termasuk di antara tujuh wartawan yang pergi meliput penggerebekan Rabu pagi. Dia mengatakan mereka semua mengenakan alat pelindung yang dengan jelas menunjuk bahwa mereka sebagai wartawan, dan berjalan melewati pasukan Israel sehingga tentara akan melihat mereka dan tahu bahwa mereka ada di sana.
“Kami memastikan untuk berjalan tepat di depan patroli tentara sehingga mereka dapat melihat kami, dan mereka melihat kami, setelah kami pergi ke jalan di mana tidak ada orang bersenjata, tidak ada warga sipil dan tidak ada penembakan dan tidak ada insiden di sana. Kami terkejut dengan penembakan itu,” kata al-Samoudi dalam sebuah video yang direkam di rumah sakit.
Dia mengatakan tembakan pertama meleset dari mereka, tapi kemudian tembakan kedua mengenainya, dan tembakan ketiga membunuh Abu Akleh. Dia mengatakan tidak ada militan atau warga sipil lainnya di daerah itu - hanya wartawan dan tentara.
Dia mengatakan adanya tudingan bahwa mereka ditembak oleh militan, adalah "kebohongan total."
"Pendudukan itu pembunuhan dan kriminal, mereka menembak kami tanpa alasan," tambahnya.
“Tidak ada orang bersenjata dan kami tidak bisa membahayakan hidup kami dan mengatakan narasi yang salah, tentara Israel adalah pembohong dan kriminal dan tercela,” ujarnya.
Hubungan antara pasukan Israel dan media asing, terutama jurnalis Palestina, memang selama ini bersitegang. Sejumlah wartawan Palestina telah terluka oleh peluru berlapis karet atau gas air mata, saat meliput demonstrasi di Tepi Barat dan Yerusalem timur.