Colombo, Gatra.com - Kekerasan jalanan di Sri Lanka belum reda meskipun Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa sudah mengundurkan diri. Protes dan kekerasan jalan sudah menewaskan delapan orang pada minggu ini. Pemerintah telah memerintahkan pasukan untuk menembak siapa pun yang merusak properti publik atau mengancam nyawa.
Para pengunjuk rasa membakar rumah leluhur keluarga Rajapaksa di selatan negeri pada awal pekan ini. Masyarakat di Sri Lanka menyalahkan klan Rajapaksa atas krisis ekonomi yang membuat negara itu hanya memiliki cadangan sekitar US$50 juta. Akibatnya sebagian besar impor terhambat dan memicu kelangkaan bahan bakar dan gas untuk memasak juga kebutuhan pokok lainnya.
Dalam pernyataan terakhirnya, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mendesak warganya untuk menolak apa yang dia sebut upaya untuk memicu ketidakharmonisan rasial dan agama ketika kekerasan pecah di banyak bagian negara itu atas penanganan pemerintah terhadap krisis ekonomi yang menghancurkan.
“Inilah saatnya bagi semua warga Sri Lanka untuk bergandengan tangan menjadi satu, untuk mengatasi tantangan ekonomi, sosial & politik,” kata Rajapaksa di Twitter, Rabu seperti dikutip Al Jazeera.
“Saya mendesak semua #Srilankan untuk menolak upaya subversif yang mendorong Anda ke arah disharmoni rasial & agama. Mempromosikan moderasi, toleransi & koeksistensi sangat penting.”
Belum jelas apa yang mendorong presiden mengeluarkan peringatan itu. Namun, Sri Lanka memiliki sejarah panjang dan berdarah ketegangan etnis.
Rajapaksa dan saudaranya Mahinda Rajapaksa, yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada Senin, berada di posisi penting pemerintah ketika perang saudara selama 26 tahun berakhir pada 2009 setelah pasukan keamanan mengalahkan pejuang dari komunitas minoritas Tamil.
Umat Buddha Sinhala adalah mayoritas di negara berpenduduk 22 juta, yang juga memiliki minoritas Muslim, Hindu dan Kristen.
Jam malam yang diberlakukan segera setelah kekerasan pecah pada hari Senin akan dicabut pada Rabu pagi, tetapi diperpanjang 24 jam lagi karena kekerasan yang terus berlanjut.
Bahkan dengan jam malam yang diberlakukan dan ribuan pasukan keamanan untuk mencegah kerusuhan lebih lanjut, sebuah hotel mewah yang dikatakan milik kerabat Rajapaksa dibakar pada Selasa malam.
“Ini bukan lagi kemarahan spontan, tetapi kekerasan terorganisir,” kata seorang pejabat senior keamanan yang tidak mau disebutkan namanya.
“Jika situasinya tidak dikendalikan, bisa terjadi anarki total.”
Kerusuhan di Sri Lanka telah meningkat setelah peristiwa Senin ketika pendukung pemerintah dengan tongkat dan pentungan menyerang demonstran di Kolombo yang memprotes secara damai selama berminggu-minggu atas krisis ekonomi dan menuntut pengunduran diri Presiden Rajapaksa.
Massa kemudian membalas di seluruh negeri hingga larut malam, membakar puluhan rumah politisi partai yang berkuasa dan mencoba menyerbu kediaman resmi perdana menteri di ibu kota.
Mahinda Rajapaksa dan keluarganya harus diselamatkan dalam operasi militer sebelum fajar pada hari Selasa setelah ribuan pengunjuk rasa yang marah menyerbu kediamannya beberapa jam setelah pengunduran dirinya sebagai perdana menteri.