Jakarta, Gatra.com- Pemeritah Indonesia telah berhasil membebaskan diri dari penyakit mulut dan kuku (PMK) sejak 1986. Saat itu, pemerintahan Presiden Soeharto gencar melakukan vaksinasi pada ternak. Upaya ini dengan mengerahkan ribuan dokter hewan dan mahasiswa. Upaya itu berbuah manis. Empat tahun kemudian, dunia mengakui Indonesia bebas PMK.
Dampak ekononomi dari bebas PMK adalah Indonesia bebas mengekspor produk ternak dan turunannya ke berbagai negara. Indonesia mati-matian mencegah masuknya PMK dari negara lain dengan hanya mengimpor produk ternak dan turunannya dari negara bebas PMK.
Hingga peraturan itu diubah pada 2016. Indonesia membuka keran impor daging murah dari India dan Brasil. Dua negara ini belum bebas PMK. "Makanya saya menentang," kata seorang importir yang minta namanya dirahasiakan, di Jakarta, 11/5.
Semua daging impor masuk Jakarta dan didistribusikan ke daerah, termasuk Jawa Timur dan Jawa Tengah (Boyolali) yang kini terjangkit PMK. Daging beku impor masuk pasar-pasar tradisional. Bercampur dengan produk dari pemotongan hewan lokal.
Enam tahun sejak Indonesia membuka keran impor dari negara yang belum bebas PMK inilah Indonesia kehilangan kemewahan status bebas PMK. Tentunya ini berimbas pada produk ternak Indonesia. Wabah PMK kini menjangkiti Aceh, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Wabah PMK ini tentunya memukul peternak menjelang panen pada Iduladha yang tinggal hitungan bulan. "Mereka panen ya setahun sekali. Harus ada yang bertanggungjawab atas munculnya PMK di Indonesia ini," kata sumber GATRA.