Jakarta, Gatra.com – Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Mukti Sardjono, mengakui bahwa pelarangan ekspor produk swait yang tengah diterapkan saat ini akan memberikan keuntungan kepada negara produsen lain, seperti Malaysia.
Kendati demikian, jelas Mukti, untuk saat ini produksi sawit Malaysia tidak akan mungkin mampu memenuhi volume ekspor Indonesia. Pasalnya, angka ekspor Indonesia jauh lebih besar dari yang Malaysia miliki selama ini.
"Volume ekspor Indonesia setiap tahunnya sekitar 34 juta ton atu sekitar 2,5 juta ton per bulan. Tidak mungkin dapat dipenuhi oleh produk sawit Malaysia," ujarnya kepada GATRA, Rabu (11/5).
Selain itu, lanjut Mukti, kekurangan pasokan minyak goreng di pasaran dunia saat ini tidak hanya coba dipenuhi oleh minyak sawit, namun juga dapat berasal dari minyak kedelai, bunga matahari, maupun rapeseed. Namun produksi minyak nabati di luar sawit saat ini belum dapat memenuhi pangsa pasar minyak sawit Indonesia.
"Situasi ini akan mendorong kenaikan berbagai produk minyak nabati, termasuk harga minyak sawit di pasar internasional," jelasnya.
Sebelumnya, sepeti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor CPO dan turunannya yang berlaku sejak 28 April 2022. Kebijakan ini akan berlaku hingga harga minyak goreng curah turun sesuai HET yang sebesar Rp14 ribu per liter atau Rp15.500 per kg.