Karanganyar, Gatra.com - Sebagian pemudik asal Kabupaten Karanganyar, Jateng memilih kembali ke tanah rantau di Jabodetabek dan Bandung di akhir pekan ini. Mereka menghindari kepadatan lalu lintas pada arus balik. Selain itu, juga menanti turunnya ongkos perjalanan.
Sebagian pemudik itu berkampung halaman di Jatipuro, Jatiyoso, Jumantono dan Jumapolo. Empat kecamatan wilayah pemudik itu sering disebut 4 J. Puluhan ribu warganya merantau di kota-kota besar. Mereka pulang mudik pada lebaran tahun ini setelah dua kali Idulfitri terhalang Pandemi Covid-19.
Pada arus balik, mereka yang menyegerakan diri biasanya kerja di sektor formal seperti perusahaan atau pabrik. Namun sebagian yang berdagang, memilih menunda kembali.
"Dari hasil penjualan tiket sampai hari ini, tetap ramai. Meski seharusnya sudah sepi karena arus balik sudah lewat. Sebab pemudik di 4 J enggak semua orang kantoran. Malah kebanyakan buruh bangunan dan PKL. Jadi mereka kapan kembali ke Jabodetabek," kata Petugas tiket PO Bus Laju Prima, PO Raya dan PO Safari Dharma Raya, Andri Septiyanto kepada wartawan di Terminal Jatipuro Karanganyar Jateng Selasa (10/5).
Berdasarkan penjualan tiketnya, sekitar 100 orang diangkut PO busnya tiap hari selama arus balik. Di sisi lain pemberlakuan sistem one way traffic di jalan tol membuat jadwal pemberangkatan ke Jabodetabek dan Bandung menjadi molor. Sistem one way itu diberlakukan di ruas tol trans Jawa berlalu lintas padat.
"Harusnya berangkat Senin kemarin misalnya, tapi karena bus yang datang dari Jakarta mengalami keterlambatan akibat sistem one way, akhirnya mundur sehari," tuturnya.
Ihwal harga tiket bus, ia mengatakan hingga kini masih diberlakukan tiket Lebaran. Harga tiket bus diperkirakan mulai berangsur turun pada pekan depan. "Sekarang tiketnya masih sama. Kisaran Rp250.000 hingga Rp500.000-an per penumpang," katanya.
Camat Jatipuro Kusbiyantoro mengatakan kepulangan perantau ke kampung halaman membawa berkah bagi masyarakat sekitar, terutama UMKM.
Selama mudik Lebaran, ia mengatakan roda perekonomian di wilayahnya terpantau ramai. Pusat-pusat perbelanjaan hingga pedagang kaki lima (PKL) ramai pembeli. Para perantau dari Jabodetabek dan Bandung serta beberapa daerah lainnya membanjiri pusat perbelanjaan tersebut.