Kendal, Gatra.com- Sepekan setelah lebaran Idulfitri, warga di Kabupaten Kendal, khususnya di wilayah Kecamatan Kaliwungu, Brangsong dan Kendal Kota menggelar tradisi makan bersama di masjid maupun di musala. Tradisi ini dikenal dengan tradisi lebaran ketupat.
Pada tradisi ini, warga berbondong-bondong ke masjid terdekat maupun ke musala sekitar pukul 6 pagi dengan membawa ketupat, kelontong dan lauk pauknya untuk dimakan bersama-sama dengan warga yang lain. Sebelum acara makan bersama, acara doa bersama untuk mendoakan sesepuh dan alim ulama penyebar agama Islam di wilayahnya masing-masing dilakukan dengan dipimpin oleh tokoh agama setempat.
Kemeriahan lebaran ketupat sama seperti lebaran Idulfitri. Warga yang datang ke masjid dan musala nampak mengenakan baju baru seperti yang dipakai saat lebaran Idulfitri.
Ustad Faizin, seorang takmir Musala Baitul Muslimin Brangsong mengatakan, tradisi lebaran diselenggarakan setelah menyelesaikan puasa syawal selama 6 hari. Jal ini berdasarkan sunnah Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umat islam untuk berpuasa sunat enam hari di bulan Syawal.
"Lebaran ketupat ini juga bertepatan dengan meninggalnya imam besar Masjid Agung Kaliwungu, Kiai Asyari atau yang biasa disebut Kiai Guru," kata Faizin, Senin (9/5).
Dikatan, tradisi lebaran ketupat ini merupakan bentuk kebersamaan dan syukur pada Allah, setelah masyarakat menjalankan puasa Ramadan dan puasa Syawal selama enam hari.
Faizin menambahkan, tradisi lebaran ketupat atau Syawalan sebenarnya adalah Haul Kiai Asyari yang merupakan sesepuh Kaliwungu dan penyebar agama Islam di Kendal. "Tradisi ini sudah turun temurun dan biasanya hanya dilakukan warga Kaliwungu Brangsong dan Kendal saja," katanya.