Jakarta, Gatra.com – Kemunculan penyakit anyar hepatitis akut misterius menggemparkan masyarakat dunia. Pasalnya, penyakit ini muncul di tengah belum pastinya kapan pandemi Covid-19 berakhir.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut penyakit ini sebagai hepatitis akut yang belum diketahui penyebab atau etiologinya (acute hepatitis of unknown aetiology). WHO pertama kali mendapat laporan mengenai kemunculan penyakit ini pada 5 April 2022 dari Inggris Raya dengan 10 kasus.
Seiring berjalannya waktu, kasus makin bertambah. Pada 15 April 2022, WHO secara resmi menyebut situasi ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Berselang enam hari kemudian, pada 21 April 2022, WHO menerima jumlah laporan berkali-kali lipat.
Tercatat terdapat 169 kasus pada tanggal tersebut. Rinciannya, 114 berasal dari Inggris, 13 dari Spanyol, 12 dari Israel, 9 dari Amerika Serikat, 6 dari Denmark, 5 dari Irlandia, 4 dari Italia dan Belanda, 2 dari Norwegia dan Perancis, dan 1 dari Romania dan Belgia.
Penyakit misterius ini menyasar anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Sejumlah 17 anak di antaranya, atau setara dengan 10%, membutuhkan transplantasi hati. Sejauh ini baru tercatat 1 kasus meninggal.
Penyebab dari kemunculan penyakit ini masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium telah dilakukan. Akan tetapi, virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E tidak ditemukan sebagai penyebab munculnya penyakit misterius ini.
Walau demikian, adenovirus terdeteksi pada 74 kasus setelah dilakukan tes molekuler, yang kemudian teridentifikasi sebagai F tipe 41. Sementara itu, SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus. Lalu dalam sejumlah 19 kasus terdeteksi adanya koinfeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Gejala klinis yang muncul pada pasien yang mengalami penyakit misterius ini adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare, dan muntah-muntah). Mayoritas kasus tak melaporkan demam sebagai gejala utama penyakit ini.
Pada 1 Mei 2022 yang lau, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia melaporkan adanya tiga pasien anak yang terjangkit penyakit ini. Ketiganya dilaporkan sempat dirawat di RSUPN dr. Ciptomangunkusumo Jakarta. Sayangnya, ketiganya dilaporkan meninggal dunia.
Kemenkes mencatat bahwa gejala-gejala yang dialami oleh pasien anak-anak ini cukup beragam. Gejala-gejala yang muncul adalah mual-mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang-kejang, hingga penurunan kesadaran.
Kemenkes masih berupaya menginvestigasi dari mana datangnya penyakit ini. Mereka sedang melakukan pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas Kesehatan DKI Jakarta pun sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
“Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit, serta tetap melaksanakan protokol kesehatan,” kata Juru Bicara Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi, seperti dilansir laman resmi Kemenkes.