Jakarta, Gatra.com – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau masyakat melakukan beberapa hal ini untuk menyikapi Hepatitis akut yang belum diketahui penyebab atau etiologinya.
Ketum Pengurus Pengurus Pusat (PP) IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), dalam keterangan pers IDI dan IDAI yang diterima pada Kamis (5/5), menyamaikan, pihaknya mengibau agar masyarakat tetap tenang dan berhati-hati.
“Agar mencegah infeksi dengan mencuci tangan, minum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh,” katanya.
Kemudian, membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak, serta mendeteksi secara dini jika menemukan anak-anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran atau kejang, lesu, demam tinggi memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Sejauh ini, respons klinis dan kesehatan masyarakat telah diterapkan di Inggris Raya dan sejumlah negara yang menjadi awal kasus ini muncul untuk mengoordinasikan penemuan kasus dengan penyelidikan penyebab penyakit dalam kasus Hepatitis akut ini.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI dan juga Dinas Kesehatan RI sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memasukkan riwayat pajanan yang lebih rinci, dan tes virologi atau mikrobiologi tambahan.
PB IDI dan PP IDAI menyampaikan imbauan tersebut menyikapi Surat Edaran dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta edaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan nomor surat HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) pada tanggal 27 April 2022.
Saat ini, Hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini telah secara resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Badan Kesehatan Dunia WHO. Sejak dipublikasikan, jumlah laporan kasus ini terus bertambah, yakni tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.