Batu, Gatra.com – Pendiri Indonesian Feminist Lawyers Club (IFLC), Nur Setia Alam Prawiranegara (NSAP), mengatakan, pihaknya terus mendorong Candi Songgoriti di Desa Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur (Jatim), sebagai pusat peradaban, teknologi, dan sains di masa depan.
Nur Alam pada Kamis (27/4), menyampaikan, untuk mewujudkan hal tersebut para akademisi di antaranya dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jatim, akan terus melakukan penelitian.
Hasil penelitiannya, lanjut dia, akan dilaporkan kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim. Ini juga untuk membantu pelestarian candi tersebut sebagai cagar budaya.
“Ini agar akhirnya dapat tercapai rebranded image Songgoriti adalah kampung teknologi, budaya, dan spiritual,” ujarnya.
Untuk mewujudkan itu, lanjut Nur Alam, pihaknya menginisiasi saresehan bertajuk “Candi Songgoriti adalah Energi Keajaiban Dunia dengan Peradaban Teknologi pada Masa Lampau Menuju Teknologi Masa Depan”di Pelataran Candi Songgoriti.
Menurutnya, acara yang juga menyelenggarakan buka puasa bersama tersebut untuk membangkitkan semangat dan membangun jiwa masyarakat Indonesia pada umumnya dan Songgoriti khususnya.
Selain itu, agar masyarakat setempat dan Indonesia tidak melupakan teknologi, budaya, dan spiritual pada peradaban Candi Songgoriti sebagai cikal bakal kejayaan Nusantara. Ini juga sebagai ajang silaturahmi dan mempererat persaudaraan.
Kegiatan tersebut dihadiri Bupati Malang, HM Sanusi dan menghadirkan beberapa narasumber, yaitu Ketua Satuan Tugas (Kasatgas) Sinergitas BNPT, Laksmana Pertama TNI Joko Sulistyanto; Amien Widodo dan Joko Kiswanto selaku Akademisi Sains, Teknologi dan Digital ITS, serta sejarawan Ki Cokro.
Selain itu, dihadiri oleh peserta dari stakeholder Kabupaten Malang, Kota Batu, dan Provinsi Jawa Timur, termasuk akademisi, budayawan, masyarakat, mahasiswa, dan pemuda Karang Taruna Songgoriti.
Pengurus Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, KH. Fahmi Amrullah Hadziq, mengatakan, biasanya memberikan tausiah di masjid atau tempat lainnya, akan tetapi ini adalah pertama kalinya di Candi Songgoriti. Menurutnya, budaya biarkan berkembang dan dilestarikan jangan dihilangkan karena budaya tidak akan berubah menjadi agama sehingga Indonesia tetap kaya akan keberagaman.
Hal tersebut diamini oleh Laksma TNI Joko Sulistyanto. Ia mengatakan, dengan melestarikan kearifan lokal maka paham dari luar yang biasanya menggerus budaya Indonesia, radikalisme, dan terorisme tidak akan pernah dapat masuk kepada generasi penerus bangsa.