Karanganyar, Gatra.com- Para pemudik asal Jabodetabek dan Bandung mulai berdatangan ke kampung halamannya di wilayah Jenawi, Jatipuro, Jumantono, dan Jumapolo kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng). Para perantau diimbau membayar zakat di kampung halamannya.
Demikian imbauan tersebut disampaikan Bupati Karanganyar, Juliyatmono usai mendapat laporan Camat Jatipuro Kusbiyantoro ihwal kepulangan perantau. Kusbiyantoro menceritakan puluhan warganya yang merantau ke Ibu Kota mulai berdatangan ke kampung halaman pada Selasa malam (26/4).
"Tujuh buah bus sudah mendarat di Terminal Jatipuro. Pakai bus trayek Bandung dan Jabodetabek-Jatipuro yang baru saja diresmikan pak bupati," kata Kusbiyantoro kepada Gatra.com, Rabu (27/4).
Kepulangan para perantau pada sepekan sebelum lebaran untuk menghindari kemacetan saat puncak arus mudik yang diprediksi pada 29 April 2022. Kepulangan mereka secara berkelompok di bawah koordinasi paguyuban. Namun ada pula yang pulang secara mandiri.
"Sampai 70% penduduk kami adalah perantau. Ada yang mencari nafkah sampai ke luar negeri. Tapi kebanyakan Jabodetabek dan Bandung," katanya.
Bupati Karanganyar, Juliyatmono meyakini para perantau membawa uang yang tidak sedikit untuk dibelanjakan di kampung halamannya. Ia mengingatkan mereka membayar zakat mal dan zakat fitrah di kampung halamannya.
Juliyatmono mengatakan unit pengumpul zakat (UPZ) Baznas siap menjemput zakat sampai ke depan pintu rumah. Baznas juga mempersilakan pembayaran melalui rekening bank atau datang langsung ke kantor cabang.
"Pemudik bayar zakatnya di kampung halaman saja. Salurkan ke Baznas. Ditunggu sampai tanggal 29 April," katanya.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Warga Karanganyar Rantau (Pagaranyar), Sukirdi Suryo mengakui pemudik berpotensi membangun Karanganyar. Satu diantaranya zakat. Namun ia menyayangkan pemerintah daerah kurang memfasilitasi kepulangan perantau.
"Zakat, wisata, belanja dan lainnya pasti terdongkrak dengan pulangnya pemudik yang jumlahnya puluhan ribu. Sedikit kritik, dinas perhubungan kurang responsif. Kepulangan kami seharusnya difasilitasi seperti program mudik gratis. Potensi ekonominya sangat besar dibanding anggaran mudik gratis yang dikeluarkan," katanya.
Dari total 35 ribu perantau asal Karanganyar, sekitar 30 ribu diantaranya bersifat musiman. Para perantau musiman biasanya membayar zakat di kampung halaman.
"Sosialisasi zakat perlu lebih digencarkan. Sehingga kami tahu kemana bayar via transfernya," katanya.