Kendal, Gatra.com - Kongres Asosiasi Kabupaten Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Askab PSSI) Kendal diakhiri dengan protes keras dari sebagian besar peserta. Pimpinan Kongres yang berasal dari Asosiasi Provinsi PSSI Jawa Tengah dinilai zalim dalam proses pemilihan ketua Askab PSSI Kendal.
Awalnya, kongres yang digelar di Hotel Anugerah Kendal pada Senin (25/4) ini berjalan kondusif. Kericuhan mulai terjadi pada tahapan pemilihan ketua Askab PSSI Kendal. Tahapan kontestasi antara dua calon kandidat, Muhammad Wibowo dan Noor Fauzi berakhir begitu saja tanpa proses pemungutan suara.
Berdasarkan keterangan Pujiharto, salah seorang peserta kongres dari PS Bahari, pimpinan kongres belaku zalim dengan memutuskan Muhammad Wibowo sebagai Ketua Askab PSSI Kendal secara sepihak. Pimpinan Konggres, Ismu Puruhito menggunakan surat dukungan yang digunakan sebagai undangan peserta kongres sebagai dasar memilih Ketua Askab PSSI Kendal. Padahal, sejak awal Ismu sudah menyampaikan bahwa telah membentuk saksi dan menyediakan tempat pencoblosan untuk memilih sosok ketua.
"Tapi semua itu ternyata tidak dipakai. Mereka malah menggunakan surat dukungan. Surat itu banyak yang mendukung Bowo daripada Fauzi, sehingga Bowo ditetapkan sebagai ketua. Inilah yang menjadi kekecewaan peserta," ujar Pujiharto.
Setelah itu, lanjutnya, diadakan sebuah pemungutan suara dari keputusan tersebut. Hasilnya, dari 92 peserta kongres, 62 orang di antaranya tidak setuju dengan keputusan tersebut dan meminta diadakan pemilihan secara langsung. "62 peserta yang memiliki hak suara ini adalah pendukung Pak Fauzi. Seharusnya kan menang Pak Fauzi, kalau pakai cara voting," ungkapnya.
"Makanya yang dikehendaki para peserta tadi adalah diadakan pencoblosan. Toh saksi dan perangkatnya sudah disiapkan," imbuhnya.
Dia membeberkan, surat dukungan yang digunakan awalnya berjumlah 150 surat, namun hal itu tidak mungkin karena klub di bawah Askab PSSI Kendal hanya berjumlah 110 klub.
"Pimpinan konggres juga menyebut bahwa dukungan itu tak sepenuhnya benar. Contohnya, klub yang saya pimpin tiba-tiba surat dukungannya hilang. Entah raib kemana," jelasnya.
Hilangnya surat dukungan tidak hanya menimpa PS Bahari yang dipimpin Pujiharto saja. PS Arseda juga mengalami hal yang sama, karena klub-klub itu mendukung Fauzi. Mereka di awal tidak memprotes hal tersebut karena yang mereka ketahui surat dukungan hanya untuk kelengkapan administrasi saja. Bukan sebagai syarat suara memilih ketua.
Selanjutnya, sebagian peserta yang menolak hasil keputusan kongres menggelar aksi protes usai acara dibubarkan sekitar pukul 16.30 hingga pukul 18.00 WIB. Kemudian, petugas keamanan dari Polres Kendal dan Kodim Kendal menjembatani digelarnya mediasi antara peserta dan pimpinan kongres.
Hasilnya, pimpinan kongres menyebut bahwa hasil kongres sah atau tidak sah. Pimpinan kongres hanya mengaku sebagai petugas yang ditunjuk untuk memandu jalannya acara. Pihak yang keberatan dengan hasil kongres diminta untuk segera berkirim surat ke Asprov PSSI Jateng dan PSSI pusat.
"Kami akan langsung membuat surat keberatan. Secepatnya," tegas Pujiharto.
Dedi Setiawan salah satu pengurus klub dari Ringinarum mengatakan bahwa Asprov PSSI Jateng telah mencederai sportivitas dunia olahraga. "Hari ini kita diundang untuk memilih ketua, namun pada kenyataannya pemilihan tidak dilakukan, malah langsung penunjukan," kata Dedi. Ia menduga hal ini sudah diatur jauh-jauh hari sebelum kongres dilaksanakan.
Sementara itu, Ismu Puruhito mengatakan bahwa Kongres Askab PSSI Kabupaten Kendal ini sudah sesuai dengan aturan. "Kalau ada yang merasa puas dan tidak puas adalah sebuah hal yang biasa dalam kontestasi di negara demokrasi," ujarnya.
Oleh karena itu, ia mempersilakan kepada pihak yang tidak puas untuk melakukan upaya sesuai mekanismenya, dengan mengajukan surat keberatan kepada Asprov PSSI Jawa Tengah.