Moskwa, Gatra.com - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan bahwa Rusia akan terus mengekspos pemalsuan yang sengaja didesain oleh Ukraina. Setelah apa yang terjadi di Bucha, kini Rusia turut akan membuka tabir terkait situasi yang tengah berlangsung di sekitar pabrik metalurgi Azovstal.
"Kami akan mengekspos pemalsuan yang sekarang semakin masif setelah peristiwa Bucha. Mereka masih saja mencoba menyajikan situasi di Azovstal di mana Rusia melarang penduduk sipil untuk pergi, mereka menyebar kebohongan ke segala penjuru, termasuk menyebut kami tidak membuka koridor kemanusiaan, ketika hal ini mereka beritakan setiap hari, bus-bus disiapkan, juga ambulans," ujar Lavrov sebagaimana dilansir RIA Novosti, Selasa (26/4).
Lebih lanjut, Lavrov menegaskan bahwa Ukraina menjadikan penduduk sipil sebagai tameng manusia, tak hanya di Mariupol, namun juga di sejumlah wilayah yang terlibat pertempuran.
"Dan mereka yang berhasil keluar sendiri, mereka menceritakan bagaimana mereka diperlakukan oleh prajurit batalion Azov dan unit teritorial lainnya," tambah Lavrov.
Sebagai informasi, saat proklamasi kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk (DPR) pada 7 April 2014, Mariupol yang berpenduduk sekitar 450 ribu jiwa merupakan kota kedua terbesar dari wilayah separatis itu setelah kota Donetsk. Pada bulan Juni 2014 pasukan keamanan Ukraina mampu kembali menguasai Mariupol.
Pada 7 Maret lalu atau tepat 12 hari setelah dimulainya operasi militer khusus Rusia, wakil komandan batalion Vostok, Alexander Semyonov, mengumumkan bahwa kota itu telah dikepung.
Selepas itu, pada 16 April, perwakilan resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, mengumumkan bahwa seluruh wilayah kota telah dibersihkan dari tentara Ukraina, tentara legiun asing, dan neo-Nazi dari resimen Azov.