Slawi, Gatra.com - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang, Jawa Tengah mengintensifkan pengawasan makanan menjelang Lebaran. Hasil pengawasan masih mendapati ratusan makanan yang kondisinya tak layak edar dan mengandung bahan berbahaya.
Kepala BBPOM Semarang Sandra MP Linthin mengungkapkan, pengawasan terhadap makanan yang beredar di masyarakat rutin dilakukan BBPOM. Namun pengawasan itu diintensifkan menjelang Idulfitri.
"Menjelang lebaran ini kebutuhan masyarakat meningkat, pastinya pelaku usaha menyediakan makanan-makanan dengan stok yang cukup banyak, oleh karena itu pengawasan kami intensifkan," kata Sandra kepada pewarta di sela sosialisasi 'cerdas memilih obat yang aman', di Kabupaten Tegal, Sabtu (23/4).
Menurut Sandra, pengawasan tersebut sudah dilakukan sejak 28 Maret atau sepekan sebelum Ramadan. Pengawasan ini menyasar importir, distributor, hypermart, swalayan, dan pasar-pasar tradisional.
"Selama empat minggu ini pengawasan sudah dilakukan di 67 sarana di 14 kabupaten dan kota. Hasilnya didapati 47 persen atau 32 sarana masih ditemukan menjual makanan-makanan yang rusak, expired (kadaluarsa) dan tanpa ijin edar. Pelanggaran-pelanggaran ini masih ditemukan," ujarnya.
Sandra mengatakan, pelanggaran tersebut ditindaklanjuti dengan pemusnahan terhadap makanan-makanan yang ditemukan tak layar edar. Pemusnahan dilakukan pelaku usaha disaksikan petugas BBPOM.
"Contoh yang rusak itu makanan kalengan, sarden, dan susu kaleng. Itu sudah penyok, karatan. Kalau yang expired lebih banyak makanan ringan," ujarnya.
Adapun pelaku usaha yang didapati menjual makanan-makanan tak layar edar tersebut, menurut Sandra tak diberi sanksi karena tidak ada unsur kesengajaan.
"Kita harus lihat apakah ada unsur kesengajaan atau tidak. Ini jumlahnya tidak terlau banyak. Dari 14 kabupaten dan kota, hanya ditemukan 568 kemasan. Dan di sini kami melihat hanya keteloderan dari pelaku usaha," ujar dia.
Selain mendapati makanan-makanan tak layak edar masih dijual, Sandra menyebut hasil pengawasan BBPOM juga mendapati makanan dan minuman takjil yang mengandung bahan-bahan berbahaya, seperti rhodamin dan formalin.
Selama empat pekan pengawasan, dilakukan pemeriksaan terhadap 218 sampel makanan dan minuman. Dari jumlah itu, ada delapan sampel yang mengandung bahan berbahaya.
"Delapan sampel itu khususnya mie yang ditambahkan di bakso, es-es, dan sirup. Itu masih menggunakan rhodamin. Kemudian makanan yang menggunakan ikan teri, itu kami dapatkan masih mengandung formalin," ungkapnya.
Menurut Sandra, pengawasan makanan yang beredar di masyarakat selama Ramadan akan terus diintenifkan hingga satu pekan setelah Lebaran. "Selain di BBPOM Semarang, ini juga dilakukan kantor perwakilan BBPOM di Surakarta dan Banyumas," ucapnya.