Jakarta, Gatra.com- Psikolog klinis, Indah Sundari J, M.Psi mengatakan, faktor budaya membuat masyarakat memiliki standar kecantikan tersendiri. Tak jarang hal ini diartikan sebagai tuntutan dan keharusan agar membuat perempuan merasa diterima di lingkungannya.
"Ketika perempuan tampil berbeda, termasuk gaya rambutnya dan merasa tidak diterima, akan berdampak pada kondisi psikologisnya," ungkapnya dalam konferensi pers virtual, Dove Rambutku Mahkotaku, Rabu (20/4).
Kondisi ini, menurutnya akan mengganggu kesehatan mental, menghambat potensi diri, dan membatasi pergaulan. "Ia akan merasa tidak percaya diri, bahkan mungkin merasa tidak berharga," ujarnya.
Hal ini yang kemudian membuat Dove melanjutkan komitmennya untuk meningkatkan rasa percaya diri perempuan Indonesia lewat kampanye Rambutku Mahkotaku. Dalam kampanye ini, Dove berkolaborasi dengan Dian Sastrowardoyo dan empat perempuan inspiratif yang merepresentasikan keragaman rambut perempuan Indonesia.
Melibatkan komposer musik Eka Gustiwana, pesan positif yang dikemas dalam format lagu dan video musik ini mengajak perempuan Indonesia untuk bangga dan tampil percaya diri dengan rambutnya.
Senior Brand Manager Dove, Stella Tika Lestari menjelaskan, Dove percaya bahwa setiap perempuan memiliki kecantikan versi mereka sendiri, termasuk dengan jenis dan pilihan gaya rambutnya. Namun, survei yang dilakukan Dove menyebutkan satu dari dua perempuan kerap mendapat komentar negatif pada rambutnya.
Selain itu, mereka kerap mendapatkan komentar negatif dan ejekan akan gaya atau penampilan rambutnya dari orang-orang terdekat yaitu keluarga atau sahabat. Melalui lagu ‘Rambutku Mahkotaku’, Dove berharap semakin banyak perempuan Indonesia bangga akan mahkotanya.”
Pengalaman mendapatkan ejekan rambut ternyata berdampak pada kepercayaan diri perempuan, bahkan bisa menghambat potensi diri. Sebanyak 88% perempuan merasa kehidupan sosialnya terganggu oleh standar kecantikan rambut, selain itu 75% perempuan kehilangan rasa percaya diri dan 60% perempuan tidak merasa percaya diri untuk keluar rumah.
Lagu dan video klip ‘Rambutku Mahkotaku’ ini terinspirasi dari cerita-cerita personal yang pernah dialami Dian Sastrowardoyo dan empat perempuan inspiratif yang merepresentasikan keragaman rambut perempuan Indonesia.
Mereka adalah Marischka Prudence - travel blogger, Poppy Sovia - aktris, Agnez Oryza - beauty blogger dan Natya Bestari - insinyur perkapalan, sosok perempuan dengan real stories yang pernah mendapatkan komentar negatif pada rambut.
“Dengan menghadirkan sosok seperti ini, diharapkan ada banyak perempuan yang bisa terkoneksi dengan lagu ‘Rambutku Mahkotaku’ karena memiliki pengalaman yang relevan.” tambah Stella.
Dian Sastrowardoyo, pekerja seni sekaligus brand ambassador Dove mengaku senang bisa terlibat dalam karya ini. "Karena isu-nya dekat dengan saya, di mana pernah dikomentari rambut lurus dianggap boring. Musik juga adalah medium yang kuat dan fun untuk menyampaikan pesan positif ini," jelasnya.