Jakarta, Gatra.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa International Monetary Fund (IMF) telah melaporkan kondisi ekonomi global menghadapi tekanan baru.
"Perang di Ukraina dan tensi geopolitik yang semakin meningkat. Ini menimbulkan suatu tekanan risiko yang makin besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia," katanya dalam konferensi pers secara virtual pada Rabu (20/4).
Terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang cukup tajam. Berdasarkan proyeksi IMF, pertumbuhan ekonomi dunia direvisi dari 4,4% menjadi 3,6%.
"Ini berarti revisi kedua, karena tadinya sebelum ke 4,4 juga terjadi revisi dari Oktober 2021 ke awal Januari 2022 lalu," ujarnya.
Pasalnya, akibat perang Rusia-Ukraina dan tensi geopolitik yang meningkat, harga-harga komoditas di pasar global semakin naik. Akibatnya, terjadi kenaikan inflasi di hampir seluruh negara.
Proyeksi inflasi negara-negara maju berdasarkan data IMF naik dari 3,9% menjadi 5,7%. Sedangkan untuk negara-negara berkembang, inflasinya juga melonjak dari 5,9% menjadi 8,7%.
"Ini kondisi yang terjadi di hampir semua negara yang tadi juga kita bicarakan dengan beberapa negara emerging yang ada di G20," ucap Sri Mulyani.
Ia menambahkan, dengan meningkatnya inflasi ini, hampir seluruh negara mulai melakukan pengetatan moneter. Langkah ini dilakukan baik dalam bentuk kenaikan suku bunga maupun pengetatan likuiditas.
"Jadi kita lihat tren dari pengetatan moneter dan likuiditas tentu akan jadi salah satu tambahan risiko dari perlemahan ekonomi global," katanya.